JAKARTA - Film Cek Toko Sebelah 2 mengimbangi tema yang diangkat di film pertama dengan isu-isu yang kerap dihadapi oleh perempuan. Dulu, film yang disutradarai Ernest Prakasa lebih condong kepada isu maskulin dan mengedepankan masalah-masalah pria lewat kakak beradik Erwin (Ernest Prakasa), Yohan (Dion Wiyoko), serta ayah mereka, Kon Afuk (Chew Kinwah).
Film ini bercerita tentang hubungan kakak beradik Erwin (Ernest Prakasa) dan Yohan (Dion Wiyoko) dengan ayah mereka, Koh Afuk (Chew Kinwah). Kehidupan keluarga Koh Afuk sudah berbeda setelah tak lagi memiliki toko. Namun, konflik baru timbul ketika Koh Afuk meminta cucu dari Yohan dan istrinya, Ayu (Adinia Wirasti).
Di saat pasangan ini masih mempertimbangkan kehadiran buah hati, mereka tiba-tiba harus merawat seorang anak bernama Amanda (Widuri Puteri). Di sisi lain, Erwin harus memenangkan hati Agnes (Maya Hasan), ibu dari kekasihnya, Natalie (Laura Basuki). Banyak pertimbangan yang harus dilalui Erwin dan membuat hubungannya bersama Natalie berada di ujung tanduk.
Ekspektasi masyarakat bahwa pasangan suami istri harus memiliki anak sampai problematika menghadapi pernikahan menjadi salah satu isu utama. Ko-sutradara Meira Anastasia mengatakan sekuel film ini memang fokus untuk mengangkat tema berbeda dari film sebelumnya.
"Itulah alasan muncul cerita yang lebih feminin, tapi laki-laki bisa tetap relate kalau punya pasangan dan akan bisa melihat dari dua sisi," ujar Meira di konferensi pers penayangan trailer Cek Toko Sebelah 2, Jakarta, Selasa, 22 November.
Menurut suami dari Meira itu, versi sekuel ini menyajikan sudut pandang yang lebih berimbang antara laki-laki dan perempuan. "Kami juga berusaha menangkap isu lain seperti child free," ujar Ernest.
Setelah menjalani proses penulisan, dia menyadari bahwa yang terpenting bukan membuat sesuatu yang sama, tapi menyodorkan pesan berbeda untuk penonton.
Bagi Ernest dan Meira, apa yang disampaikan lewat Cek Toko Sebelah 2 sebetulnya merupakan pengingat untuk mereka bahwa orangtua tidak selalu mengetahui apa yang terbaik untuk buah hati mereka.
BACA JUGA:
"Pada akhirnya pesan di sini adalah pesan untuk diri sendiri," ujar Ernest dikutip dari ANTARA.
Ada kalanya orangtua lupa bahwa perlakuan mereka kepada anak-anak ternyata serupa dengan apa yang pernah mereka alami sebelumnya.
"Kadang-kadang kita jadi mikir, kok kita mengulangi sesuatu yang menurut kita enggak oke?" tutur Meira.
"Ini siklus yang sudah pasti sebagian besar orangtua akan kayak begitu karena takut anaknya gagal, takut hidupnya tidak oke. Tapi benang merahnya adalah komunikasi," papar Meira.