Cara Menghindari Sikap Positif yang Beracun
Illustrasi sikap positif yang beracun (Unsplash/Amadeo Valar)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Banyak orang memberikan harapan palsu dengan bahasa positif. Ini disebu dengan kalimat positif yang toksik. Berdasarkan penelitian, beberapa pola linguistik di sosial media bersifat toksik.

Melansir Psychology Today, Rabu, 28 September, untuk menghindari sikap positif yang beracun seseorang perlu menyadari bahwa ada lho kalimat yang enggak seharusnya diucapkan. Caranya dengan menyesuaikan harapan. Seseorang juga dapat meminimalisir penggunaan kalimat toksik dengan menjadi otentik.

Bahasa toxic positivity yang kerap diucapkan, seringnya menyertakan kata-kata ‘bertahanlah’, ‘percayalah’, ‘jangan menyerah’. Selain itu, kalimat beracun sering dengan pola simbolis ‘X adalah Y’, misalnya, ‘Kamu adalah pejuang yang keras’. Artinya, menggeneralisir satu hal dengan simbol.

sikap positif yang beracun
Illustrasi sikap positif yang beracun (Unsplash/Kyle Glenn)

Bahasa tersebut, dapat mencegah seseorang untuk menerima kenyataan yang dialami. Bahkan dapat mengganggu kemampuan orang lain untuk memproses pikiran dan emosi negatif yang dialami. Bagi orang yang sedang berjuang meminimalisir kalimat positif yang bersifat toksik, berikut rekomendasi psikolog Mark Travers, Ph.D..

Menyadari sikap positif yang toksik

Dengan menyadari bagaimana saja sikap toksik yang beracun, Anda dapat menyesuaikan harapan lewat komunikasi. Meskipun berbagai pengalaman tentang kesedihan, penyakit kronis, dan kelelahan dapat menghasilkan percakapan yang memuaskan. Tetapi bisa membuat seseorang merasa kecewa dan tidak didengarkan.

Pikirkan sebelum berucap

Sebelum berkomentar atau memberikan respons, pikirkan baik-baik tentang kata-kata yang tepat. Lebih baik menggunakan frasa yang dimulai dengan ‘Saya’. Misalnya ‘Saya minta maaf/sedih/kaget karena…’ saat mengungkapkan belas kasih.

Menyadari makna tersembunyi

Memahami kalimat yang mengungkapkan belas kasih mungkin tidak mudah. Terutama jika didorong niat baik. Misalnya frasa seperti ‘bertahanlah’, ‘kamu punya ini’, atau ‘kamu adalah seorang pejuang’. Kalimat ini sebenarnya mengirim sinyal kepada orang-orang bahwa Anda tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan.

Jadi otentik

Menjadi otentik terasa sedikit berisiko pada awalnya. Namun, begitu Anda mulai menggunakan kata-kata yang jujur, maka orang akan lebih nyaman. Artinya, menjadi otentik bisa sebagai cara untuk meminimalisir kalimat positif yang beracun.