Peneliti Ungkap 4 Alasan Kenapa Kepuasan Hanya Bersifat Sementara
Ilustrasi alasan kenapa manusia tidak pernah puas (Unsplash/Drew Hays)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Perasaan puas, ternyata menurut peneliti bisa jadi hal yang tidak baik berkaitan dengan motivasi hidup. Tetapi semakin tidak ada hal yang memuaskan maka semakin membuat hidup terus-menerus dihantui gelisah.

Menurut peneliti untuk Review of General Psychology dilansir Psychology Today, Rabu, 20 Juli, ketika kepuasan dan kesenangan bersifat permanen, mungkin hanya sedikit kemauan untuk terus mencari manfaat atau kemajuan lebih lanjut. Nir Eyal, pengajar di Standford’s Graduate School of Business menambahkan empat studi yang memaparkan alasan psikologis kenapa kepuasan hanya bersifat sementara dan lebih sering merasa tidak puas.

1. Kebosanan

Sebuah studi tahun 2014 diterbitkan dalam jurnal Science, mengamati peserta yang diminta duduk di sebuah ruangan dan berpikir selama 15 menit. Ruangan didesain kosong kecuali sebuah alat yang memungkinkan para peserta menyetrumdiri dengan ringan tapi menyakitkan. Dari peserta yang ikut, sejumlah 67 persen pria dan 25 persen perempuan menyetrum diri mereka. Bahkan banyak dari mereka yang melakukannya berkali-kali.

Studi tersebut menunjukkan bahwa orang sangat tidak suka sendirian dengan pikiran mereka sehingga lebih suka melakukan hal baru meskipun aktivitas itu negatif. Oleh karena itu, tak heran jika sebagian besar situs web teratas di Amerika menjual pelarian untuk mengatasi rasa bosan.

alasan kenapa manusia tidak pernah puas
Ilustrasi alasan kenapa manusia tidak pernah puas (Unsplash/Joshua Fuller)

2. Bias negatif

Peristiwa negatif lebih menonjol sehingga mempengaruhi lebih kuat daripada peristiwa netral atau positif. Seperti kesimpulan penulis pada penelitian yang tampaknya menjadi fakta dasar psikologi yang meresap bahwa yang buruk lebih kuat dari yang baik.

Ketidakpuasan merupakan hal negatif yang diingat lebih baik. Karena berangkat dari perhatian pada hal-hal buruk, sehingga berguna untuk spesies yang evolusioner.

3. Perenungan

Manusia juga cenderung memikirkan pengalaman buruk. Bahkan sering ditafsir ulang dengan perenungan berkali-kali. Situasi perenungan yang berulang-ulang, merupakan perbandingan pasif pada standar yang belum tercapai. Misalnya, merenungkan satu kegagalan dengan tak pernah menemukan jawaban pasti dari pertanyaan ‘mengapa saya tidak dapat menangani hal-hal dengan lebih baik?’.

Penelitian mencatat, dengan merenungkan apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya, orang mungkin dapat menemukan sumber kesalahan atau strategi alternatif yang mengarah pada tidak mengulangi kesalahan.

4. Adaptasi hedonis

Selain ketiga alasan yang telah disebutkan untuk kepuasan yang hanya bersifat sementara, dilandasi faktor hedonis yang bersifat adaptatif. Misalnya, setiap pengalaman yang dinginkan, seperti cinta penuh gairah, kenikmatan spiritual, dan kesenangan serta kesuksesan, adalah sementara karena kita pikir akan membuat bahagia tetapi tidak lama.

Dalam The Pursuit of Happiness yang ditulis David Myers, setiap pengalaman yang diinginkan hanya bersifat sementara. Keempat komponen di atas, menambah banyak ketidakpuasan dalam hidup bahkan ketika Anda dalam situasi yang sempurna. Tetapi pada lain sisi, tanpa ketidakpuasan kita tidak pernah kenalan dengan peluang dan kemenangan yang membuat hidup jadi bermakna.