Bagikan:

JAKARTA - Penyakit herpes tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga dapat dialami oleh bayi. Infeksi herpes pada bayi disebut juga dengan herpes neonatal. Herpes neonatal disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV).

Melansir Very Well Family, Senin, 18 Juli, mirip dengan orang dewasa, herpes neonatal pada bayi dapat menyebabkan kulit melepuh di sekitar mata, mulut, dan juga kulit kepala. Jika terinfeksi pada bayi yang baru lahir, herpes neonatal dan menyebabkan kerusakan organ dan sistem saraf pusat. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan bayi yang belum berkembang dengan baik.

Herpes neonatal juga dapat berkembang menjadi penyakit infeksi virus serius lainnya. Seperti meningitis dan ensefalitis, yang merupakan peradangan jaringan otak dan bisa juga menyebar ke seluruh tubuh.

Melansir Health Line, gejala herpes yang didapat saat lahir biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama kehidupan bayi dan mungkin muncul saat lahir. Herpes yang didapat saat lahir paling mudah dikenali jika tampak sebagai infeksi kulit.

Bayi mungkin mengalami lepuh berisi cairan di tubuh atau di sekitar mata. Lepuh yang disebut vesikula adalah jenis lepuh yang sama yang muncul di daerah genital orang dewasa dengan herpes. Vesikula bisa pecah dan mengeras sebelum sembuh. 

Seorang bayi bisa lahir dengan lepuh atau timbulnya luka seminggu setelah lahir. Bayi dengan herpes yang didapat saat lahir mungkin juga tampak sangat lelah dan kesulitan makan. Karena bayi yang baru lahir memiliki sistem kekebalan yang belum optimal, mereka dapat dengan cepat menjadi sakit parah setelah tertular virus.

Herpes neonatal biasanya diobati dengan obat antivirus yang diberikan langsung ke pembuluh darah bayi (intravena). Perawatan ini mungkin diperlukan selama beberapa minggu. Setiap komplikasi terkait, seperti serangan jantung (kejang), juga perlu ditangani. 

Bayi dapat disusui saat menerima pengobatan, kecuali jika ibu memiliki luka herpes di sekitar putingnya. Jika sang ibu juga memakai pengobatan antivirus, ini dapat dikeluarkan melalui ASI-nya, tetapi tidak dianggap membahayakan bayi.