Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja sedang merancang penciptaan lapangan pekerjaan yang layak dan inklusif untuk melindungi penyandang disabilitas guna menjamin akses bagi mereka untuk masuk ke dunia kerja.

Pendiri Fingertalk—Disability Rights Scholar—Dissa Syakina Ahdanisa mengatakan bahwa Indonesia memiliki undang-undang yang mewajibkan perusahaan ataupun badan usaha untuk mempekerjakan penyandang disabilitas.

"Beberapa perusahaan hanya mempekerjakan penyandang disabilitas demi memenuhi kuota. Jadi saya pikir sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa mereka dapat memiliki karir," kata Dissa dalam acara Y20 Indonesia 2022 4th Pre-Summit yang dipantau di Jakarta, Minggu malam.

"Itu sebabnya untuk mencocokkan dan melihat keterampilan apa yang dibutuhkan dapat dijembatani dengan teknologi," katanya.

Dissa mengatakan, dari 11 juta penyandang disabilitas di Indonesia, sebanyak 1,5 juta di antaranya adalah kaum muda yang kurang mampu dengan akses pendidikan dan kesempatan kerja yang terbatas.

Menurutnya, lapangan pekerjaan untuk penyandang disabilitas masih merupakan tantangan yang perlu dihadapi baik itu oleh negara ataupun perusahaan.

Dissa menceritakan tentang proses pendirian Fingertalk yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kerja yang sama bagi penyandang disabilitas terutama individu tunarungu karena sebanyak 74 persen tunarungu di Indonesia menganggur akibat stigma sosial dan hambatan komunikasi.

"Kami ciptakan tempat di mana kita bisa mengenal satu sama lain dan bekerja melewati segala prasangka atau persepsi," ujarnya seperti dikutip Antara.

Pada 2015, Fingertalk lahir dari sebuah kafe kecil yang menempatkan orang-orang bisa belajar memesan makanan dan minuman menggunakan bahasa isyarat, serta menghubungkan konsumen dengan komunitas tunarungu yang memajang serta menjual hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh pada disabilitas.

Tak hanya itu, lapangan pekerjaan untuk disabilitas juga berkembang karena permintaan lapangan kerja yang tinggi. Fingertalk kemudian membuat kafe lain, tempat cuci mobil, dan tempat pelatihan yang tidak hanya untuk kru mereka, tetapi juga terbuka untuk komunitas penyandang disabilitas lainnya.

"Penyandang disabilitas adalah kelompok yang sangat beragam dan setiap kelompok mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda. Jadi kita perlu mendengarkan dan memahami terutama bagaimana memastikan bahwa inisiatif yang dibangun oleh penyandang disabilitas dapat berkelanjutan dan menciptakan dampak yang lebih tahan lama," pesan Dissa Syakina Ahdanisa.