5 Tanda Orang Tua Menerapkan Pola Asuh <i>Helicopter Parenting</i>
Ilustrasi tanda orang tua menerapkan helicopter parenting (iStockphoto)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pola asuh mempengaruhi perkembangan anak. Termasuk menerapkan pola asuh yang disebut dengan helicopter parenting, yang mana orang tua terus mengawasi dan mengarahkan seluruh aktivitas putra-putrinya. Meski tak selamanya buruk, tetapi terdapat efek negatif dari pola asuh ini.

Efek negatif seperti membatasi cita-cita personal anak hingga membatasi kemandirian buah hati. Oleh karena itu, kenali tandanya supaya dapat mengevaluasi ulang tepat atau tidaknya ketika menerapkan pola pengawasan yang terlalu ketat seperti dalam helicopter parenting. Berikut tanda yang perlu Anda kenali dan identifikasi ulang.

1. Terlalu ikut campur relasi anak dengan teman sebayanya

Anak-anak pun dalam membangun relasi membutuhkan prosesnya sendiri. Tak jarang mereka berkonflik bahwa bertengkar dengan sebayanya. Apabila anak berkonflik dengan temannya, tetapi Anda mengangkat telepon dan menghubungi orang tua teman putra Anda, bisa jadi tanda Anda terlalu ikut campur dalam relasi anak. Anda perlu mengambil langkah mundur. Mengarahkan anak mungkin sangat diperlukan, tetapi membiarkannya mandiri menyelesaikan masalah dengan teman-temannya adalah cara paling tepat agar mereka belajar bagaimana membangun relasi secara mandiri.

tanda orang tua menerapkan helicopter parenting
Ilustrasi tanda orang tua menerapkan helicopter parenting (iStockphoto)

2. Menyelesaikan pekerjaan rumah mereka

Terdapat tugas yang perlu diselesaikan anak selama di rumah. Seperti membereskan pakaiannya sendiri, merapikan meja belajarnya, hingga menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah. Ini termasuk tanda orang tua menerapkan helicopter parenting. Paling bijak, biarkan anak-aak mencari tahu sendiri dan menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Berikan mereka semangat dan menjadi pendukung agar mereka bisa bertahan di situasi sulit.

3. Melatih pengajar mereka

Jika Anda meneriakkan saran dari tribun selama anak-anak bermain atau menyudutkan pengajar mereka setiap kali memberi pelajaran, mungkin sudah waktunya Anda sedikit tarik mundur. Dilansir WebMD, Minggu, 19 Juni, jika anak-anak meminta bantuan Anda, mungkin Anda bisa mengajarkan cara berbicara sendiri dengan pengajarnya.

4. Menjaga anak-anak dengan ‘tali pendek’

Ketika anak-anak beranjak belia, orang tua tak perlu mengantarkan mereka pergi ke rumah temannya. Hindari melakukan helicopter parenting dengan terlalu mengekang anak-anak. Cobalah untuk menciptakan peluang bagi anak-anak untuk mandiri. Biarkan mereka bermain di luar rumah ataupun berkunjung ke rumah temannya dengan cara yang lebih mandiri.

5. Tidak bisa membiarkan anak-anak mengalami kegagalan

Pikirkan Anda terakhir kali membuat kesalahan. Kemungkinannya adalah, Anda belajar dari kesalahan. Ini juga terjadi pada anak-anak. Mereka juga akan belajar dari kesalahan. Trial and error mengerjakan bagaimana anak beproses di dunia. Jika Anda mengambil alih proyek atau tugas untuk melakukan tugas-tugas mereka  demi ‘melakukannya dengan benar’, mereka tidak akan belajar bagaimana mengatasi masalah di masa depan.

Selain tanda di atas, sebagai tambahan, menjaga anak-anak seaman yang diperlukan itu memang perlu. Tetapi bukan seaman mungkin sehingga meminta anak-anak selalu berpegangan tangan dengan Anda agar tidak jatuh, misalnya. Biarkan mereka memanjat, terjatuh ketika bermain lari-larian, atau lutut mereka tergores. Ini bagus untuk pertumbuhan mereka sebagai pribadi.