Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, Rabu, 13 November, industri seni kehilangan seorang aktor, sutradara, sekaligus musikus Djaduk Ferianto. Beliau meninggal dunia pada umur 55 tahun di Yogyakarta, tempat ia lahir dan tumbuh. Kabar ini pertama kali disiarkan oleh adik kandungnya Butet Kartaredjasa melalui unggahan Instagram bertuliskan 'RIP Djaduk Ferianto'.

Djaduk Ferianto adalah seorang seniman yang aktif dalam segi audio juga visual. Dalam seni bermusik, misalnya, beliau lebih sering berkontribusi untuk musik-musik tradisional. Kua Etnika, kelompok musik yang digagas oleh beliau menampilkan lagu-lagu daerah yang diaransemen dengan fusion jazz etnik. Sebanyak sembilan album sudah dihasilkan kelompok yang sudah melanglang buana hingga festival internasional ini.

Sinten Remen juga menjadi karya Djaduk yang populer. Kelompok musik humor yang memainkan musik keroncong ini memiliki humor satire yang seringkali menjadi bentuk kritik kepada hal yang sedang terjadi, sebut saja politik. Salah satu lagunya, Kopi Susu, pernah meraih penghargaan dalam ajang Anugerah Musik Indonesia 2014 untuk nominasi Produksi Alternatif Terbaik.

Tidak hanya mendirikan, Djajuk Ferianto juga sering berpartisipasi dalam penampilan kelompok musiknya. Teater Gandrik, adalah sebuah tempat baginya untuk mengembangkan kesenian Jawa. Aktivitas Teater Gandrik dilakukan di Padepokan Seni Bagong Kussudiarja.

Djaduk Ferianto juga sempat berperan dalam film-film Indonesia. Salah satu perannya yang dikenal publik ketika beliau berperan sebagai Kertaredjasa di film Petualangan Sherina. Setelah itu beliau juga berperan dalam film Koper, Jagad X Code, dan Cewek Saweran.

Beberapa tahun belakangan, Djaduk Ferianto menyelenggarakan sebuah acara musik bertajuk Ngayogjazz. Tahun ini, Ngayogjazz akan diadakan pada 16 November mendatang di Padukuhan Kwagon, Godean, Yogyakarta. Djaduk Ferianto dijadwalkan tampil bersama kelompok musik Kua Etnika berduet dengan Didi Kempot dan Soimah.

Melalui acara Ngayogjazz, Djaduk Ferianto ingin menampilkan musik jazz bisa dinikmati oleh siapa pun, tidak hanya dipandang sebagai musik mahal dan untuk kalangan atas saja. Ngajogyazz secara konsisten berpindah dari satu desa ke desa lainnya untuk memberikan sajian acara musik yang beda dari yang lain.

Tidak akan habis membicarakan prestasi serta kontribusi seorang Djaduk Ferianto dalam jagat kesenian Indonesia. Semoga tidak berhenti pula apresiasi serta cinta yang dikirimkan beliau melalui karyanya. Selamat jalan Djaduk Ferianto, semoga tenang di alam sana.