JAKARTA - Bali tak pernah gagal membuat orang jatuh cinta. Pulau Dewata ini begitu mudah dicintai, namun sulit dilupakan. Demikian juga yang dirasakan Indah Kalalo setelah tujuh tahun menetap di Bali.
Hiruk pikuk aktivitasnya di Jakarta berubah dengan kenyamanan keluarga saat tinggal di Bali. " Aku tinggal di Bali hampir 7 tahun sekarang. Tadinya aku masih sering bolak balik Jakarta, Senin-Kamis syuting. Week end di Bali. Tiba-tiba pandemi kan, aku nggak mau stuck di Jakarta. Mendingan aku stuck di Bali. Jadi mulai tahun lalu mulai ambil satu-satu kerjaan, nggak terlalu berani bolak-balik, takut tertahan di Jakarta," ujar Indah dalam wawancara virtual bersama VOI, beberapa waktu lalu.
Meskipun tak banyak syuting, wanita kelahiran 30 Agustus 1980 bukan berarti tak ada kerjaan. Di Bali, Indah telah membuat clothing line, Je Suis FLIRT. Bahkan ibu tiga anak ini berhasil membawa merek pakaiannya go internasional dengan memajang produknya di butik bernama Indonesian Fashion Gallery (IFG) di Manhattan, New York.
"4 tahun ini punya clothing line dan butik di Bali. Jadi kalau pagi antar anak ke sekolah, lalu olah raga, baru aktivitas aku untuk kantor. Kantornya ada di rumah aku sendiri. Menjelang sore aku jemput anak sekolah, terus main sama anak, setelah anak tidur baru deh aku ke update media sosial," ujarnya saat ditanya aktivitas harian saat ini.
Yang paling disukai Indah Kalalo saat tinggal di Bali adalah pilihan menghabiskan akhir pekan yang beragam. "Kalau week end biasanya aku staycation nyobain beberapa tempat di Bali. Nyobain juga beberapa pulau yang dekat dengan Bali seperti Lombok, Jawa, Medan, sampai ke Sumba juga. Aku biasanya promosiin tempat yang sepi akan turis karena pandemi. Jadi aku ngajak turis lokal untuk traveling lagi, bangkitkan lagi pariwisata Indonesia asal sesuai protokol dan sudah vaksin," paparnya.
Indah Kalalo memasuki industri hiburan melalui dunia modeling, ia lantas menjajal dunia baru seperti akting, presenting, sampai penyiar radio. Menurutnya, ada satu fase di mana dirinya memiliki jadwal yang teramat padat karena popularitasnya sebagai seorang model.
Dulu, Indah pernah bekerja double setiap harinya. Dari 30 hari dalam sebulan, bisa ada 60 kerjaan yang dijalani. Namun, kini Indah punya perbedaan prioritas. Waktunya bukan cuma untuk bekerja.
"Aku lebih happy di Bali, kita prioritasnya sudah beda ya. Sekarang prioritasku keluargaku dan anak-anak. Kalau bisa bekerja yang sekitar bali aja dulu," tegasnya.
"Kalau dibilang waktuku kosong enggak juga, karena aku ngurus anak 3, masih ada clothing line, terus kalau ada temen yang punya kegiatan di Bali aku diajak untuk mnejadi bintang tamu. Jadi nggak ada bosennya. Aktivitas tetap banyak," paparnya.
Tak ingin terlalu rindu dengan akting, Indah juga tetap menerima tawaran syuting di Jakarta. Hanya saja, waktunya tidak sepadat dulu.
"Setahun sekali aku masih melakukan satu atau dua film, ikut syuting FTV, atau series. Perbedaannya nggak sampai ke yang mikir wah kok sekarang nggak banyak kerjaan. Dan lagi aku orangnya nggak ngoyo. Nggak bisa kerja yang ini, bisa kerja yang lain. Pintu satu tertutup, pasti bisa buka pintu lainnya lagi," katanya.
Jeda yang lama membuatnya bisa memiliki pertimbangan matang ketika menerima peran. "Pertimbangan untuk memilih peran biasanya dengan melihat jadwal. kalau anak-anak lagi sibuk di sekolah, ada nggak yang bisa jagain anakku tinggal di rumah. Kemarin karena papanya bisa work from home jadi aman ditinggal syuting," katanya.
Tentu saja, cerita juga menjadi bahan pertimbangan. "Terus ceritanya yang bagus, seperti Teluk Alaska yang kemarin, kan novelnya yang baca puluhan juta orang. Makanya aku mau syuting. Sebelumnya aku main My Generation itu karena sutradaranya Upi. Aku tahu itu Upi bagus filmnya," tuturnya.
Bermain di film horor Kanjeng Kliwon, Indah merasa harus ikut karena mengangkat cerita Bali. "Aku tinggal di Bali, jadi merasa perlu mengambil bagian project itu. Selebihnya lebih banyak sih offer yang syuting di Bali, pasti aku ikutan. Kalau di Jakarta tunggu cerita, sutradara, dan pemainnya yang bagus," katanya.
BACA JUGA:
Bali, bagi Indah, sudah seperti rumah. Kenyamanan diri dan keluarganya didapatkan di Bali secara utuh. "Soalnya banyak kegiatan out door. Anak-anak lebih happy karena pantai, gunung, sungai ada, semuanya di Bali ada. Jadi tiap minggu ada aja tujuan untuk vacation. Banyak tempat yang bisa kita jelajahi di Bali. Kayaknya kalau di Jakarta, week end ke mall doang," katanya.
Pemilik nama Indah Mayang Indriyani ini merasa hidup tidak terlalu konsumtif di Bali. "Baju, sepatu, tas aku bisa bikin sendiri. Dan di sini orang cuek, nggak perlu merek, tergantung pembawaan kita ya. Kalau di Jakarta pasti cuan semua jatuhnya," terangnya.
Bali di Masa Pandemi, Ini yang Terjadi
Aktivitas Indah semakin bertambah dengan gerakan Together for Bali yang dijalaninya selama pandemi. Sudah lebih dari setahun Indah konsisten menjalaninya.
"Tujuan kita bukan untuk pencitraan, bukan untuk dilihat orang. Awal saya bikin Together for Bali awalnya nasi bungkus tetangga karena saya bikin nasi bungkusnya bersama dengan tetangga saya. Lalu karena semakin banyak yang bantu, dari teman-teman dari organisasi lain, akhirnya kita pakai nama Together for Bali," kenangnya.
Keinginan untuk berbagi itu ternyata dipicu pengalaman pribadi Indah yang sempat kuatir terpapar COVID-19. "Awal pandemi aku tuh sempat panas, tenggorokan sakit. Aku langsung mikir jangan-jangan COVID-19 ini. Pas sakit tetanggaku cerita abis lihat polisi yang pakai truck membagikan nasi untuk orang-orang, ojol, pengemis pinggir jalan. Pas di telepon itu aku bilang aku sakit dan nggak bisa ikut bagi-bagi," jelasnya.
Rupanya, kejadian itu membuatnya terus terngiang. "Terus aku mikir gini, ya Allah kalau beneran aku COVID-19 dan sampai lewat aku mikir amalku apa aja uang sudah aku tinggalkan? Aku sudah cukup belum ya berbuat kebaikan?," lanjutnya.
"Aku janji sama diri sendiri kalau bisa sembut aku mau bantu orang lebih banyak. Kenapa harus nunggu koma dulu baru mikir bantu orang? Eh, ternyata aku bukan COVID-19, cuma sakit biasa aja. Ya sudah minggu depannya aku bagi-bagi," jelasnya.
Bali, katanya, saat ini masih sepi. Belum banyak turis yang kembali ke Bali sehingga banget banyak yang nggak bisa kerja.
"Sebenarnya sampai sekarang masih sepi ya. Walaupun turis lokal sudah mulai jalan lagi namun belum seperti masa sebelum pandemi. Ada hotel bintang lima yang benar-benar tutup selama dua tahun. Mau bukan lagi itu repot, mau ngumpulin pegawainya kan nggak gampang," paparnya.
Indah menceritakan banyak pegawai yang sudah pulang kampung karena nggak dapat uang gaji. Mereka berasal dari luar Bali sehingga tidak bisa bayar kos dan memilih untuk pulang.
"Kalaupun ada yang bertahan mereka bengong aja nggak ngapa-ngapain. Untungnya banyak orang yang bantuin ngasih makan. Misalnya kayak aku biasanya hari Senin dan Kamis. Ada juga yang ngasih hari Selasa, Rabu, ada yang Jumat, Sabtu," jelas Indah.
"Jadi walapun sehari sekali sekalu ada yang kasih makan. Makanya kalau ada yang bagi-bagi nasi itu sampai ada yang loncat-loncat gitu. Aduh ngenes-nya ya mereka lihat nasi bungkus aja sebegitunya. Makanya kita masih dikasih rumah, di kasih pekerjaan, bisa bantu otang lain harus bisa bersyukur dan membantu mereka yang kurang beruntung," katanya.
Tak cuma berbagi material, Indah rela tak dibayar untuk mempromosikan pariwisata Bali. Dia juga aktif mengunjungi berbagai daerah di Bali supaya wisatawan kembali ke Pulau Dewata.
"Saya dari dulu selalu promo kembali ke Bali, Bali bangkit. Saya sampai dijadikan duta daerah Plumpung. Sebagai bagian dari wonderfull Indonesia, keluarga kami jadi duta untuk dawerah Plumpung agar orang mau berdatangan ke Bali lagi. Kemarin sempat bikin video pendek, living in paradise. Saya bantu sekuat tenaga saya untuk mempromosikan Bali, juga pulau-pulau lainnya di sekitar Bali," tegasnya.
Tak mau mengeluh, Indah ingin melewati pandemi dengan tetap berbagi. "Pandemi bisa dilihat dari dua sisi. Kalau mau dibilang sial, semua orang sial, semua orang repot. Tapi bagaimana caranya kita memutar otak dan menjadi lebih fleksibel. Misalnya saya, waktu saya nggak syuting di Jakarta jadi banyak yang kosong. Saya mikir untuk bagi-bagi, karena saya tahu teman saya banyak yang ingin berbagi tapi nggak tahu caranya dan mau disalurkan pada siapa," katanya.
Jujur, Indah tak menganggung 100% semua sumbangan yang dibagikan. Banyak teman yang memintanya jadi perantara untuk menyalurkan bantuan melalui dirinya. "Saya cuma jadi perantara uintuk bisa memberi balik ke Bali," terangnya.
Optimisme membuat Indah Kalao selalu bahagia. Selalu ada sisi baik bahkan di saat kondisi tidak baik.
"Seperti mas Garin Nugroho yang syuting di Bali. Sekarang sepi di Bali jadi seneng banget kan krunya. Selain itu masayarakat juga ikut kebagian rejeki masakin buat kru, penginapan. Nanti kalau film jadi juga bisa jadi promosi buat Bali. Dikasih tahu nih Bali sekeren itu. Syukur, pandemi tetap happy ya," pintanya.
Vaksinasi yang digencarkan pemerintah, menurut Indah, sangat membantu agar orang tak lagi ragu berwisara. "Aku berharap kita sebagai masyarakat Indoensia, hidup 2 tahun selama pandemi. Pasti punya tabungan kan. Yuk share ke mereka yang lebih membuktikan. Nggak udah tunggu turis international. Ayo kita eksplore daerah Indonesia yang lain, jangan cuma Bali. Apalagi yang sudah vaksin sudah aman jalan-jalan. Jangan lupa prokes," saran Indah Kalalo.