Eksklusif Reza Rahadian Membincang Peran Aris yang Bikin Ibu-Ibu Marah
Reza Rahadian (Foto: Koleksi MD Pictures, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Nama Reza Rahadian menjadi buruan ibu-ibu penggemar serial Layangan Putus. Setiap episode baru ditayangkan, pemilik nama lengkap Reza Rahadian Matulessy ini masuk dalam trending topic, bukan karena dicintai, kali ini Reza membuat ibu-ibu marah.

Layang Putus mengisahkan permasalahan orang ketiga dalam hubungan rumah tangga Aris (Reza Rahadian) dan Kinan (Putri Marino). Mereka telah dikarunia seorang putri bernama Raya dan sedang menantikan kehadiran anak kedua.

Aris merupakan suami dari Kinan. Awalnya, Aris selalu bersikap sangat romantis kepada istrinya. Namun, ia perlahan mulai berubah. Aris sering terlambat pulang kerja dan jarang memberi kabar kepada Kinan. Tak hanya itu, Aris juga jadi sering marah kepada Kinan setelah merasa istrinya itu menyadari perselingkuhannya.

Kisah ini diangkat dari kenyataan Mommy ASF yang viral di Twitter. Saat ASF membuat tautan tentang kisah perselingkuhan suaminya, warganet ikut marah. Semarah saat Reza berperan menjadi Aris.

Reza Rahadian (Foto: Koleksi MD Pictures, DI: Raga/VOI)

Meskipun bikin jagad maya heboh, namun Reza mengaku awalnya tak tahu cerita viral tersebut. "Aku nggak tahu sama sekali kalau Layangan Putus ini sangat populer di sosial media. Karena aku nggak terlalu aktif di sosial media ya. Jadi aku nggak tahu," kata Reza saat berbincang dengan VOI di MD Place, Kuningan, Jaksel, beberapa waktu lalu.

Aris, lanjutnya, adalah kepala keluarga yang aktif dalam bekerja. "Berusaha membangun keluarga yang dianggap ideal oleh orang-orang. Meyakinkan kepada orang lain bahwa keluarganya happy. Bahwa Aris kemudian sulit mengenali dirinya, sulit mengetahui apa yang dia mau, mulai mempertanyakan kebahagiaan itu letaknya ada di mana, dan bentuknya seperti apa itu adalah Aris di Layangan Putus," katanya.

Ketika ditawarkan peran Aris, Reza masih belum tahu kepopuleran Layangan Putus yang membuat ibu-ibu marah. "Nggak tahu, aku mau main karena pure ceritanya menarik. Aku suka dengan karakter Aris ya sudah dilakukan," kata aktor kelahiran 5 Maret 1987 itu.

Manoj Punjabi, CEO dan Produser MD Pictures lah orang yang memberitahukan bahwa kisah ini viral. "Pak Manoj yang ngasih tahu bahwa Layangan Putus ini viral. Surprisingly very interesting. Punya potensi ya untuk mendunia," katanya.

Reza Rahadian (Foto: Koleksi MD Pictures, DI: Raga/VOI)

Dari awal tayang, Reza yakin serial ini akan mendapat cinta di hati penonton. "Pertama, aku suka dengan desain poster yang menurut aku ini desain poster terbaik series dari MD. Semua ekspresi pemain nggak ada yang pose untuk foto. Semua tajam ekspresinya," tegasnya.

Kisah perselingkuhan dalam rumah tangga, menurutnya, tak punya batas agama dan negara. Semua orang bisa merasakan hal yang sama. Inilah yang membuat Reza mantap mengambil peran Aris.

Meski begitu, Reza sadar bahwa perannya bisa membuatnya dibenci penonton. "Aku nggak kuatir ketika peran yang aku mainkan membuat aku dibenci. Karena ini peran, semakin dibenci semakin masuk akting aku," paparnya.

Sebelum namanya viral setiap episode baru Layangan Putus ditayangkan, Reza Rahadian sudah dibenci oleh kru wanita di lokasi syuting. "Rasanya semua wanita di lokasi syuting membenci saya," kenangnya.

Dalam seni peran, kemampuan akting Reza tak perlu lagi dipertanyakan. Perannya di film mendapat banyak penonton sekaligus banyak penghargaan. Kala pandemi COVID-19 tiba, kegagapan itu di balik keadaannya oleh Reza yang tampil di series My Lecturer My Husband.

Adu peran dengan Prilly Latuconsina tiba-tiba membuat semua orang yang tak bisa ke bioskop terhenyak dan melirik series. Bahkan sampai ibu-ibu bersedia mencari dan berlanngganan layanan Over The Top (OTT).

Masa Depan Serial dan Film Tak akan Tabrakan

Reza Rahadian (Foto: Koleksi Reza Rahadian, DI: Raga/VOI)

Reza melihat peluang di tengah kebuntuan saat awal pandemi, saat bioskop ditutup. "Series punya masa depan yang cukup cerah kayaknya ya. Kita mengetahui publik jadi punya pengalaman yang baru. Apa yang nggak baru di era pandemi ini? Kita mengenal kenormalan baru juga setelah melalu masa pandemi ini. Sehingga mungkin pilihan menonton lewat medium yang berbeda adalah pilihan baru untuk masyarakat. Dan series menjanjikan itu," jelasnya.

Dengan optimistis, dia yakin cerita yang bagus dan kualitas produksi yang terjaga membuat penonton series akan bertambah. Karena itu perlu dijaga proses pembuatannya.

"Dia punya tontonan episodic tapi tidak terlalu panjang. Dari season satu dan dua bisa memiliki jeda yang cukup panjang sehingga punya persiapan produksi yang cukup panjang juga. Jadi secara produk, secara konten hasil karya ini lebih rapi, lebih dipikirkan dari segala macam aspek. Sehingga penonton akan mendapat pengalaman berbeda," tegasnya.

Semangat untuk akting, apapun mediumnya, membuat Reza bisa menjadi pionir keberhasilan series yang dibintanginya. Intinya, selalu total dalam akting.

"Saya nggak ada pertimbangan khusus, saya nggak pernah mengkotak-kotakan berkarya di mana. Panggung iya, sinetron iya meskipun jarang. Saya orang yang nggak suka mengotakkan diri saya adalah aktor film maka saya akan ada di film saja," katanya.

"Buat saya medium berkarya berakting itu persoalan medium saja. Film, series, panggung memiliki mediumnya sendiri-sendiri. Buat saya, saya menikmati semuanya atas nama seni peran," imbunya.

Reza Rahadian (Foto: Koleksi MD Pictures, DI: Raga/VOI)

Kesuksesan series, lanjutnya, tidak akan menggantikan film layar lebar. Reza tidak pernah mengkuatirkan masyarakat akan ogah ke bioskop setelah nyaman menonton di OTT.

"Series tidak bisa disamakan dengan film karena film punya pengalaman sendiri di bioskop. Buat saya menonton di bioskop sulit dibayar di OTT. Karena pengalaman menontonnya berbeda," tegasnya.

Reza yakin film akan selalu mendapat tempat di hati penggemarnya. Buktinya, dalam masa pandemi empat film Indonesia memenangkan penghargaan tertinggi di festival-festival film terbaik dunia

Edwin melalui karya ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ menjadi pemenang Golden Leopard di Locarno Film Festival. Kamila Andini melalui karya ‘Yuni’, yang memenangkan Platform Prize di Toronto International Film Festival.

Tumpal Tampubolon melalui karya ‘Laut Memanggilku’, yang memenangkan Sonje Award di Busan International Film Festival. Monica Tedja melalui karya ‘Dear to Me’, yang memenangkan Junior Jury Award-Special Mention Open Doors Shorts di Locarno Film Festival.

Reza dengan semangat menjelaskan optimismenya. "Pandemi ini membawa hadiah yang luar biasa pada individu-individu kreatornya. Karena menurut aku, mungkin di sisi lain kita bisa melihat seseorang ketika terhimpit pada sebuah situasi yang akan lahir dari himpitan itu adalah satu terpuruk atau dia bangkit. Biasanya kalau bangkit akan melahirkan sesuatu yang di atas rata-rata. Dan itu terbukti di industri film Indonesia. Kita bisa bangkit," ujarnya dengan penuh semangat.

"Bayangkan, 4 film dua film pendek, 3 film panjang memperoleh pengharagaan di festival-festival besar di dunia. Ini bukan festival yang kita nggak ngerti, ini festival yang rekam jejaknya jelas. Festival yang legit, bersejarah," imbuhnya.

Reza Rahadian (Foto: Koleksi Reza Rahadian, DI: Raga/VOI)

Jeda yang dihasilkan karena masa pembatasan kegiatan sosial memberikan ruang pada kreator untuk memaksimalkan karya. Itulah keyakinan Reza.

"Karena mungkin kreativitas kita tumbuh, kita punya waktu kontemplasi yang lebih panjang. Di awal mungkin produksi menurun, tapi saat menurunnya produksi, kreativitas orang film tetap berjalan. Mereka memikirkan ide, gagasan, mereka tampung, mereka pelihara, mereka pupuk sehingga lahirlah karya yang luar biasa," paparnya.

Sejalur dengan peningkatan kualitas film Indonesia, Reza yang menjabat sebagai Ketua Komite Festival Film Indonesia periode 2021-2023 sangat antusias menghadirkan aktor-aktor baru sebagai pemenang.

"Senang banget, itu kebahagiaan yang luar biasa. Itu cita-cita saya. Saya sering mendengar kata-kata aktor Indonesia tidak ada regenerasi. Oh aktor nya itu-itu saja, FFI menjawab itu. Siapa bilang? Ini lho ada pemenang FFI aktor muda," katanya.

Seolah menggelar karpet untuk memudahkan langkah aktor-aktor muda yang berbakat, Reza dengan lapang berharap kesuksesan mereka. Tak ada niat menjadi saingan atau takut tersaingi.

"Sekarang kita lihat di series di film ada aktor-aktor muda berbakat itu. pertanggungjawabannya tentu kembali ke aktor itu sendiri bagaimana dia memelihara kesempatan. Mengasah terus kemampuan, karena tidak ada yang bisa menjamin selain diri sendiri," jelasnya.

Reza Rahadian melalui FFI menegaskan regenerasi itu sangat terjadi. "Setelah ada pemenang baru, masalahnya orang mau melihat dan memberi kesempatan atau tidak. Saya nggak mengatakan saya yang memberikan kesempatan ya. Karena kesempatan itu berdasarkan penilaian dewan juri. Tapi spirit itu ada di FFI," pungkasnya.