JAKARTA - Ketika tubuh anak cenderung kurus, mama biasanya diberondong seabrek pertanyaan yang cukup mengganggu dari orang tua lain, mertua, saudara, atau teman. Seperti ada aturan tak tertulis bahwa setiap mama harus memberi vitamin tambahan pada anak. Jika tidak, itu dianggap aneh sekali! Ditambah lagi maraknya iklan vitamin anak di televisi yang menggambarkan anak-anak super cerdas, sehat, kuat, dan mau makan lahap, berkat mengonsumsi produk mereka.
Pada akhirnya, sebagian mama ‘tergoda’ memasukkan tambahan vitamin ke dalam menu harian anak. Anak pun tak kalah semangat mengonsumsinya, karena rasa dan bentuknya yang menarik. Ya, suplemen vitamin untuk anak biasanya dibuat dengan rasa yang enak seperti buah-buahan favorit anak dan memiliki tekstur seperti permen isap dan kunyah yang kenyal (gummy).
Tapi, yang perlu disadari oleh orang tua adalah bahwa makanan tambahan (baik vitamin ataupun suplemen), sesuai namanya, adalah tambahan dari makanan pokok yang bertujuan melengkapi kekurangan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan begitu, tumbuh kembang anak pun menjadi optimal. Anggapan yang salah jika suplemen dikatakan bisa digunakan untuk menggantikan vitamin alami yang diperoleh dari makanan.
BACA JUGA:
Menurut 4 Pilar Gizi Seimbang, orang dewasa dan anak-anak perlu mengonsumsi aneka ragam pangan, karena tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karenanya, kita harus mengombinasikan makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani dan nabati, vitamin dan mineral (dari sayur dan buah).
Kementerian Kesehatan merekomendasikan konsumsi:
Karbohidrat (nasi, jagung, ubi, singkong): 3-4 porsi per hari
Sayur: 3-4 porsi per hari
Buah: 2-3 porsi per hari
Lauk pauk (ikan, ayam, daging, telur, udang, tempe, tahu): 2-4 porsi per hari
Air: sekitar 2,5 liter per hari