JAKARTA - Bekas lahan parkir di Jalan MH Thamrin, Thamrin 10 resmi disulap menjadi kawasan kuliner. Kemarin, Gubernur DKI Anies Baswedan meresmikannya dengan mengusung konsep kawasan kuliner bermetode pembayaran tanpa uang tunai (cashless).
Lahan seluas 8.000 meter per segi disulap Perumda Pasar Jaya menjadi kawasan kuliner dengan menggandeng para pengusaha kecil dan menengah. Sebanyak 54 stan UMKM yang disiapkan untuk menjual berbagai makanan dilokasi ini. Selain itu, akan ada tujuh food truck untuk menambah item makanan di lokasi ini.
"Semula, tempat ini digunakan untuk tempat parkir. Kita ubah tempat ini menjadi ruang ketiga tempat interaksi warga khususnya difasilitasi taman dan kuliner," ungkap Anies, Sabtu, 22 Desember.
"Harapannya, tempat ini menjadi salah satu tempat untuk masyarakat berinteraksi. Ada pula tempat untuk tampil, untuk penampilan seni budaya," tambah Anies.
Thamrin 10 dibuka mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. Kami berkunjung ke Thamrin 10 pada jam makan malam. Sebaran lampu di seluruh penjuru membuat kawasan terbuka ini menjadi terang.
Sesampainya di sana, tulisan "Thamrin 10" terpampang di depan kawasan. Di belakangnya, kami disambut pohon natal raksasa. Pohon ini disusun dari 8.000 botol air mineral bekas yang dihias menyerupai wujud manusia, lengkap dengan wajah dan balutan kain warna-warni sebagai pakaiannya.
Thamrin 10 hanya menyediakan parkir untuk sepeda motor. Sementara, pengunjung yang membawa kendaraan roda empat diminta parkir di gedung-gedung sekitar Jalan MH Thamrin.
Di tengah kawasan, terdapat panggung musik untuk menjamu pengunjung. Suasana kian semarak. Secara rutin, akan ada penampilan musik akustik dari berbagai band. Panggung musik ini dimulai sejak pukul 18.30-22.00 WIB setiap Senin-Jumat dan hingga pukul 24.00 pada Sabtu dan Minggu.
Thamrin 10 juga menyiapkan fasilitas toilet yang cukup bersih dan berbayar. Tempat sampah tersedia dalam jumlah banyak. Seharusnya, tak ada alasan untuk membuang sampah sembarangan. Seluruh stan UMKM beserta kursi dan meja tempat makan pengunjung di Thamrin 10 bernuansa putih. Namun, kebanyakan tempat makan di sini tak dibubuhi tenda peneduh.
Nontunai
Saat memesan makanan, pengunjung Thamrin 10 dapat melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan pembayaran nontunai dari Bank DKI, yakni JakCard, JakLingko, dan JakOne Mobile. Terdapat kasir yang melayani pengisian ulang (top up) kartu nontunai tersebut dengan saldo minimum Rp10 ribu.
Jika pengunjung belum memiliki kartu nontunai dari Bank DKI tersebut, mereka dapat membeli kartu JakCard seharga Rp50 ribu. Kartu tersebut berisi saldo Rp30 ribu, dan Rp20 ribu sebagai saldo endapan dan tak bisa digunakan.
Jika ingin memiliki kartu yang melayani sistem pengembalian (refund) pengunjung dapat membeli kartu JakOne. Bedanya dengan JakCard, kartu ini tak bisa digunakan untuk pembayaran transportasi massal seperti TransJakarta, MRT, dan LRT. JakOne juga tersedia dalam aplikasi ponsel. Pembayarannya melalui proses pindai (scan).
Meski mengusung konsep pembayaran nontunai, termasuk GoPay, OVO, Dana, serta LinkAja, nyatanya masih banyak pengelola stan makanan yang tak menyediakan mesin pembayaran nontunai secara lengkap.
Makanan mahal dan serbuan hujan
Untuk makanan, Thamrin 10 menyediakan jenis makanan yang cukup lengkap, mulai dari makanan berat, camilan, hingga aneka minuman dingin. Kami menemui Anita (23), seorang pengunjung. Kepada kami, Anita menyebut harga makanan di Thamrin 10 masih terlalu mahal.
"Saya beli mie ayam harganya Rp30 ribu dan minuman dingin Rp25 ribu. Ini harganya mahal banget untuk ukuran UMKM. Harga ini sudah setara dengan makannya yang ada di mal," tutur Anita.
Tak lama kemudian, hujan mulai turun. Para pengunjung berhamburan mencari tempat berteduh karena tempat makan mereka tak ditutupi tenda peneduh.
Band pengisi acara di panggung musik menghentikan permainan mereka, padahal waktu hiburan musik masih tersisa satu jam. Alat pengeras suara segera mereka tutupi agar tak mengalami kerusakan akibat air hujan.
Kawasan kuliner ini memang menyediakan tenda berukuran 3x3 meter untuk tempat berteduh. Namun, jumlahnya hanya empat buah, sehingga pengunjung yang tak kebagian tempat berteduh di tenda mesti berteduh di tepi stan makanan.