Eksklusif, Marciano Norman: PON XX Bukan Hanya Kebanggaan Orang Papua
Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua memiliki makna strategis. Karena itu kata Ketua Umum KONI Pusat  Letjen TNI (Purn) Marciano Norman even ini harus bisa terselenggara dengan baik.  Situasinya kini semakin menjadi perhatian karena masih dalam suasana pandemi COVID-19 yang belum tahu kapan akan berakhir. Tetapi hal ini justru menjadi  tantangan sendiri untuk even empat tahunan ini. Bagaimana persiapan dan situasinya sampai saat ini. Kepada tim VOI Marciano berbagi kabar.

***

Sejatinya PON XX ini dijadwalnya pada tahun 2020, namun tahun itu pandemi COVID-19 baru melanda Indonesia. Beragam kegiatan olahraga, seni dan budaya  yang bersifat  mengumpulkan masa, ditunda karena pertimbangan kesehatan dan keselamatan jiwa. Namun Presiden Jokowi kemudian menegaskan kalau PON XX yang  tertunda bisa diselenggarakan di tahun 2021.

Sampai saat ini persiapan Panitia Besar PON untuk even ini masih berjalan sesuai dengan rencana. Untuk tempat pelaksanaan acara sudah 90 persen terselesaikan.  “Secara umum pembangunan fisik sudah 90% selesai. Insya Allah semuanya akan selesai pada waktunya,” terang Marciano Norman

Soal kendala, dia melanjut pasti ada, apalagi saat ini pandemi COVID-19 masih menjadi tantangan yang paling besar. Namun untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan semua atlet, pelatih, official harus sudah vaksinasi sebelum mereka berangkat ke Papua. Begitu juga dengan panitia dan masyarakat sekitar tempat acara berlangsung, vaksinasi menjadi persyaratan utama.

Even empat tahunan ini harus terlaksana dengan baik meski masih dalam kondisi pandemi. “Keberhasilan perhelatan PON ini  ada yang bilang adalah harga dirinya orang Papua.  Tapi kalau saya bilang keberhasilan PON XX  ini bukan hanya harga dirinya orang Papua, tapi juga harga diri bangsa Indonesia. Bahwa pemerintah Indonesia bisa melaksanakan kegiatan seperti ini di mana saja di wilayah RI dengan kwalitas yang sama,” tegasnya kepada  Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos, dan  Irfan Meidianto dari VOI yang menemuinya di Kantor KONI Pusat, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat,  belum lama ini. Inilah petikan wawancara selengkapnya.

Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sejauh mana persiapan PON XX Papua 2021, mulai dari fasilitas, akomodasi, dan transportasi atlet yang akan dilakukan di tengah pandemi COVID-19?

Kita dari KONI Pusat dan Panitia Besar PON XX  terus bekerjasama menyiapkan yang akan digelar di empat klaster; Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke. Secara umum pembangunan fisik sudah 90% selesai. Insya Allah semuanya akan selesai waktunya.  KONI dan PB PON  sudah melakukan beberapa pertemuan yang dihadiri utusan dari 34 provinsi yang akan ikut serta pada PON kali ini. Yang paling menjadi catatan adalah soal akomodasi peserta, soalnya Papua tidak sama dengan daerah di Jawa Barat misalnya, yang banyak hotel berbintang.  Jadi yang dilakukan adalah kita membantu mempersiapkan fasilitas yang dimiliki oleh TNI dan Polri diubah menjadi setarap dengan  hotel bintang 3 atau yang sekelas dengan bintang 3 sehingga bisa dijadikan tempat untuk menginap peserta dan kontingen lainnya,  ada AC, kamar mandi, dan fasilitas lainnya.

Saya optimis PON XX  2021 yang akan digelar 2 Oktober sampai 15 Oktober ini bisa terlaksana dengan baik.

Karena masih dalam pandemi COVID-19 seluruh atlet dari daerah yang akan berangkat ke Papua mereka diharuskan sudah divaksinasi. Masyarakat yang tinggal di sekitar tempat perhelatan PON pun atas perintah Bapak Presiden juga harus sudah divaksinasi. Semua yang terlibat harus melaksanakan protokol kesehatan. Kita tidak mau PON Papua nanti menimbulkan masalah-masalah baru.

Dan di masa  pandemi COVID-19 ini kita harus patuh pada menerapkan protokol kesehatan secara ketat. PON kali ini memiliki makna besar karena even ini juga memotivasi bangsa Indonesia. Kita harus sehat, kita harus patuh pada protokol kesehatan. Tetapi menyelenggarakan even ini kita harus selamat.

Banyak kendala yang dihadapi panitia PON XX ini, bagaimana dengan pendanaan?

PON itu sudah ada anggarannya. Pertama yang berasal dari APBD dan yang kedua yang berasal dari APBN. Pembangunan venue sebagian dari APBD Sebagian dari APBN yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR dalam pelaksanaannya. Tetapi untuk pelaksanaan anggaran dalam operasional Pekan Olahraga Nasional itu juga semuanya sudah dipersiapkan dengan baik. Dalam arti ini perencanaan anggaran yang sudah dibuat semua, bahwa pada saat pelaksaan ternyata ada kekurangan anggaran yang harus didukung oleh pusat, itu pun sudah diminta oleh panitia besar PON.

Gubernur Papua Lukas Enembe terlibat sebagai Ketua Panitia Besar PON. Sehingga beliau juga dalam hal ini mempertanggungjawabkan setiap dana yang digunakan untuk persiapan dan pelaksanaan PON. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi Ketua PB PON bisa mengajukan kepada pemerintah pusat.

Bapak Presiden di dalam rapat terbatasnya juga setuju dengan catatan anggaran yang mereka ajukan itu sudah di-review oleh KONI dan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.  Sehingga nanti begitu review-nya sudah selesai anggaran tambahan itu atas petunjuk beliau melalui Menteri Keuangan juga akan dicairkan. Namun dalam kondisi seperti ini kita harus paham bahwa pemerintah juga enggak bisa jor-joran.

Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Anda yakin masyarakat Papua akan jadi tuan rumah yang baik?

Dengan dukungan sepenuhnya dari TNI dan Polri saya yakin masyarakat Papua juga akan menjadi tuan rumah yang baik dan rangkaian kegiatan Pekan Olahraga Nasional. Saya berharap PON kali ini akan sukses dan harus lebih baik dari PON-PON sebelumnya. Karena apa? Karena di sini semua orang matanya melihat bahwa apa benar Papua itu aman dan apa betul Indonesia bisa mengatasi masalah COVID-19? Kita enggak mau dibilang bangsa yang tidak mampu mengelola paparan COVID-19. Pemerintah kita bekerja keras untuk itu begitu juga TNI / Polri dan pemerintah daerah.

Ada yang bilang, kalau perhelatan PON ini  adalah harga dirinya orang Papua.  Kalau saya bilang keberhasilan PON XX  ini bukan hanya harga dirinya orang Papua, tapi juga harga dirinya bangsa Indonesia karena bahwa pemerintah Indonesia bisa melaksanakan kegiatan seperti ini di mana saja dengan kualitas yang sama.

Bagaimana dengan KKB (kelompok kriminal bersenjata), seperti apa mengantisipasinya?

Kita harus melihat kalau KKB itu ada, sudah ada buktinya kan. Juga muncul di media dan ada korban dari sisi TNI dan KKB. Yang perlu menjadi catatan lokasi KKB ini jauh dari tempat pelaksanaan PON. Saya juga sudah komunikasi dengan Panglima Kodam Cenderawasih, saya juga bicara dengan Kapolda Papua. Mereka memberikan support penuh untuk PON XX ini. Mereka bilang jalan terus Pak Insya Allah aman, kami akan lakukan yang terbaik untuk melakukan pengamanan ini. Kita juga melihat bahwa Panglima TNI dan Kapolri juga berkunjung ke Papua untuk meyakinkan bahwa situasi ini betul-betul aman. Karena apa kita juga bertanggung jawab untuk kontingen yang datang ke Papua. Mereka sehat saat datang dan  aman saat berkegiatan dan aman kembali lagi ke provinsi masing-masing.

PON di Papua itu juga harus memberikan kesan yang sangat khusus. Selama ini kadang-kadang di media selalu dimunculkan Papua itu tidak aman, bahwa Papua itu banyak hal yang perlu mendapatkan perhatian dari internasional.  Kita tunjukkan bersama bahwa kita bisa menghadirkan seluruh kontingen dari 33 provinsi lainnya.

Bagaimana dengan pandemi COVID-19?

Memang itu kendala besar, tapi kan kita juga harus berupaya maksimal untuk bangkit. Mengapa saya juga jadi orang yang yang berteriak pada saat awal COVID-19. Beberapa saat setelah kita berusaha mengatasinya semua kegiatan olahraga dihentikan. Menghentikan kegiatan olahraga itu berdampak sangat besar tidak hanya kepada atletnya tapi juga kepada pelatihnya dan industri olahraga yang ada di dalamnya. Semua terdampak karena tidak ada even-even olahraga.

Tapi meski masih pandemi Piala Euro tetap digelar. Penonton yang hadir di stadion cuma 25 persen. Itu membuat kita bersemangat. Even lain juga mulai berjalan seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, Perancis, Jerman dengan Bundesliga semua berjalan. Memang ada  satu dua pemain yang terpapar COVID-19 tetapi cukup diisolasi, namun turnamen tetap berlangsung. Kita juga berhasil melaksanakan turnamen sepakbola Piala Menpora.

IBL  satu seri sudah selesai,  Liga Equestrian berkuda tidak pernah berhenti di 2020 pun bisa menyelesaikan 6 seri dengan baik.  Jadi mari satukan pendapat untuk mencari solusi, jangan keputusannya tidak boleh. Tapi keputusannya bagaimana kita juga bisa melakukan kegiatan tapi kita juga selamat.

Untuk penonton di PON nanti apakah ada atau tidak?

Nanti akan akan diumumkan soal boleh tidaknya penonton menyaksikan pertandingan di PON kali ini. Namun penonton bisa menyaksikan even ini melalui streaming dan siaran langsung.  Kami juga memohon televisi-televisi besar untuk menyiarkan itu. Acaranya seperti agenda EURO kali ini dinantikan.  Kita terus memotivasi masyarakat untuk bangkit.  Kemarin saya baru menerima Wali Kota Jayapura, dia bilang bapak di daerah kami hanya satu kecamanan yang zona merah, lainnya zona hijau. Saya bilang tolong prioritaskan untuk yang satu itu. Merauke zona hijau yang terpapar satu kabupaten hanya 3 orang. Ini kan luar biasa. Jangan kita tergulung sama pemberitaan-pemberitaan yang menunjukkan bahwa ini adalah ketidakmampuan pemerintah mengelola pandemi COVID-19. 

Bagaimana Anda melihat fenomena rebutan atlet jelang PON?

Itu bukan rahasia ya, ada provinsi-provinsi yang  kesiapan finansialnya besar itu biasanya sangat menggoda atlet-atlet yang tinggal di provinsi-provinsi yang kesiapan finansialnya sangat lemah. Itu tidak bisa dipungkiri tetapi menghadapi Pekan Olahraga Nasional ini kita punya aturan bahwa mutasi atlet itu untuk Pekan Olahraga Nasional diijinkan dalam waktu 2 tahun sebelumnya. Tidak tertutup kemungkinan ada yang coba-coba melanggar tetapi kita kan punya mekanisme yang bisa menetapkan mutasinya benar atau tidak. Korban biasanya akan berteriak. Semua ini ujung-ujungnya bonus. Karena PON itu harapan juga bagi atlet, bonus yang didapat biasanya besar.

Bagaimana Anda mengoptimalkan peran media untuk olahraga?

Buat saya media itu adalah  bagian dari sport intelijen yang bisa memberikan informasi yang kita perlukan. Karena apa, mereka networking-nya lebih luas. Wartawan bisa memberikan motivasi kepada atlet dan support kepada atlet.  Misalnya Lalu Muhammad Zohri, kita harapkan di Olimpiade dia nanti bisa lari 100 meter dengan hasil yang sangat bagus. Jadi media yang bagus akan mengikuti dan memotivasi dia.

Soal cabang olahraga yang menjadi perhatian dan kurang, seperti apa menjelaskannya?

Olahraga prestasi itu harus diprioritaskan kepada Cabor (cabang olahraga) yang ikut olimpiade. Cabor harus jadi perhatian utama, karena di situlah kita bicara Indonesia dalam sejarah olimpiade.  Medali pertama olimpiade kita diraih dari panahan tahun 1988. Saat itu di Korea 3 Srikandi kita Nurfitriana, Lilis Handayani dan Kusumawadhani  dapat medali perak. Itu adalah medali pertama Indonesia di ajang olimpiade. Saat itu dengan satu perak Indonesia di peringkat 35. Pada olimpiade Barcelona 1992  Susi Susanti dan Alan Budikusuma masing-masing menyumbang medali emas untuk Indonesia.  Peringkat kita naik ke 24. Namun setelah itu di momen Indonesia hanya meraih 1 emas.

Selain bulutangkis harapan berikutnya selain panahan adalah angkat besi dan panjat tebing yang belum lama atletnya memecahkan rekor dunia. Nah insya Allah juga nanti juga siapa tahu di Jepang dia bisa memecahkan juga rekor lagi. 

Marciano Norman Mengadopsi Semangat Olahraga untuk Kehidupan 

Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sejak kecil Letnan Jenderal TNI (Purn.) Marciano Norman sudah aktif berolahraga. Kebiasaan berolahraga itu tertanam dari anak-anak hingga sekarang. Bagi pria kelahiran  Banjarmasin, 28 Oktober 1954 ini tak ada istilah berhenti berolahraga, kapan pun dan di mana pun ia berada.

Cuma, karena sekarang dia sudah tak  muda lagi, porsi olahraga juga harus disesuaikan dengan usia. “Tak ada kata berhenti berolahraga, namun untuk orang seusia saya tentu berbeda dengan mereka yang masih usia 20 tahun,” ujar dengan gaya berseloroh.

Sejak belia Marciano sudah akrab dengan olahraga berkuda. “Kebetulan saya memang orang yang cinta olahraga berkuda, sejak kecil saya juga sudah berkuda. Saya dulu pernah jadi joki. Istri saya juga begitu sudah menekuni berkuda sejak  kecil. Jadi enggak heran kalau dia bisa memimpin Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia). Sampai sekarang sesekali saya juga masih naik kuda,” ungkap suami dari Triwatty ini soal kegemarannya berkuda.

Selain menekuni olahraga berkuda, Marciano juga menekuni taekwondo. “Waktu sekolah di Inggris saya pernah satu kamar dengan juara dunia taekwondo dari Korea Selatan,” katanya soal sahabatnya itu.

Namun karena ada peraturan wajib militer, sang sahabat tak berani pulang ke Korea. “Setelah lulus sekolah saya pulang ke Indonesia, sedangkan dia malah hijrah ke Brunei. Di negara itu dia membela tim taekwondo  Brunei dan ikut  kejuaraan dunia junior. Sekarang saya saya tidak intens lagi berkomunikasi dengan dengan dia. Setahu saya dia buka perguruan taekwondo di sebuah negara di Amerika Latin. Dan dia hidup layak di sana tanpa meninggalkan taekwondo,” katanya.

Selain taekwondo, Marciano juga belajar judo. “Saya dulu juga pernah tinggal di rumahnya pelatih judo. Namanya tinggal di rumah pelatih judo, setiap hari sebelum tidur saya dibanting. Namun jangan khawatir, dari sana saya juga banyak belajar. Bagaimana jatuh yang tidak menyebabkan cidera parah di atas matras. Kalau orang enggak tahu caranya bisa babak-belur,” katanya mengenang saat-saat tinggal di rumah pelatih judo.

Ia menyarankan kepada semua anak muda untuk belajar ilmu bela diri. “Ilmu beladiri itu amat penting, mau silat, karate taekwondo, judo, dan sebagai. Minimal ilmu bela diri itu untuk kepentingan diri sendiri. Namanya juga beladiri ya untuk membela diri. Tapi kalau punya semangat untuk menjadikan olahraga beladiri itu sebagai sarana meraih prestasi ya silahkan. Itu juga bagus,” lanjutnya.

Marciano yakin, orang yang mencintai olahraga jiwa sportivitasnya tinggi. “Satu saat dia boleh saja kalah dari lawannya. Namun dia akan minta waktu untuk berbenah dan berlatih keras. Dengan harapan bulan depan atau dua bulan berikutnya dia bisa membalas kekalahanya. Oke hari ini saya kalah, bulan depan saya yang harus menjadi pemenang,” katanya.

Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tapi untuk bisa memenangkan pertandingan, masih kata Marciano, harus punya taktik, strategi dan berlatih keras. “Karakter dan spirit seperti itu yang ada dalam dunia olahraga yang bisa diadopsi untuk kehidupan. Memenangkan pertandingan itu bukan sesuatu yang mustahil. Siapa saja bisa menjadi pemenang asal dia siap,” katanya. “Semangat untuk menjadi pemenang dan nomor satu, itu yang  harus kita adopsi dari negara seperti Korea. Mereka nyaris tidak punya sumber daya alam, tapi dengan disipin dan semangat yang kuat mereka bisa menjadi pemenang dengan menguasai teknologi,” lanjutnya.

Semangat berolahraga harus ditumbuhkan sejak dini di keluarga. “Olahraga itu harus dimulai dari keluarga. Bapak dan ibu kalau hari Minggu aja anaknya jalan dan berolahraga bersama itu sudah bagian dari menumbuhkan  cinta pada olahraga karena dengan olahraga dari keluarga nanti makin besar di dalam komunitasnya kita jadi orang kuat. Percayalah manfaat berolahraga luar biasa,” katanya sembari menambahkan olahraga juga bisa menjadi pemersatu bangsa.

Pandemi

Di masa pandemi corona seperti sekarang, urusan imunitas dan kebugaran tubuh amat penting. Karena itu mantan Pangdam Jaya ini mengungkapkan kalau dia masih rutin berjalan kaki dan berenang hingga saat ini.

Imunitas selain dari asupan makanan, bisa juga didapat dari rutin berolahraga. “Masalah kebugaran terutama di masa pandemi COVID-19 ini harus menjadi perhatian. Namun semua kegiatan olahraga harus dipastikan dilakukan dengan protokol kesehatannya,” tegasnya sembari menambahkan kerumunan dan pertemuan dalam jumlah besar harus dibatasi saat ini.

Selain itu asupan makakan juga harus menjadi perhatian penting. “Asupan makanan juga tidak kalah pentingnya di masa sekarang.  Namun kita tidak boleh berlebihan. Konsumsi makanan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kalau saya ditambah dengan mengonsumsi jamu tradisional yang bersumber dari rempah-rempah dan tanaman obat seperti jahe merah, kunyit dan lain-lain amat bermanfaat. Ini makin menambah kepercayaan diri karena tubuh kita sehat,” kata Marciano yang masih berani memakan sup kambing dan juga durian.

Marciano Norman. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Yang penting lanjut Marciano adalah mencegah dan mengantisipasi. Ia heran sampai saat ini masih ada orang yang belum percaya kalau COVID-19 itu ada dan sudah menelan banyak jiwa. “Menghadapi COVID-19 ini tidak bisa dengan cara biasa. Protokol kesehatan  harus dilaksanakan dengan ketat. Menjaga jarak, memakai masker dan rajin mencuci tangan pakai sabun. Hal yang seperti ini banyak dianggap sepele dan diabaikan. Konsisten saja dengan Prokes (protokol kesehatan) meski awalnya agak repot. Kalau sudah menjadi kebiasaan akan terbiasa,” tandasnya.

Jadi, lanjut Marciano tidak boleh takabur menghadapi hal ini. “Tetap waspada, dan hati-hati. Ancaman COVID-19 itu sangat nyata dan sangat besar pengaruhnya. Kalau kita mau menjaga soal ini dengan baik, Insya Allah kita selamat,” lanjutnya.

Keberhasilan perhelatan PON ini  kata orang adalah harga dirinya orang Papua.  Kalau saya bilang keberhasilan PON XX  ini bukan hanya harga dirinya orang Papua, tapi juga harga dirinya bangsa Indonesia. Bahwa pemerintah Indonesia bisa melaksanakan kegiatan seperti ini di mana saja di wilayah RI dengan kualitas yang sama.”

Marciano Norman