Bagikan:

Perhelatan politik lima tahunan –pilpres dan pileg-- digelar  membuat suhu politik meningkat. Namun Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dr. Dian Ediana Rae, SH, LL.M, yakin dengan fundamental perekonomian Indonesia bagus. Ketika banyak negara di belahan dunia lain terseok-seok, Indonesia masih kuat. Ia yakin siapa pun yang akan memimpin pasca pilpres, tetap akan berada di koridor yang sudah ada. 

***

Berdasarkan data yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil. Kuartal pertama pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06% dan pada kuartal kedua meningkat menjadi 5,17%. Angka ini sedikit menurun pada kuartal ketiga menjadi 4,94%.

Yang perlu dicatat meski menurun, angka ini termasuk yang tertinggi di antara negara-negara G20. Rekor pertama pertumbuhan tertinggi di kuartal ketiga dipegang India dengan angka pertumbuhan 7,60%. Di posisi kedua dan ketiga ditempati Turki (5,90%) dan Rusia (5,60%). Kemudian disusul Indonesia dengan 4,94% dan China 4,90%.

“Pertumbuhan ekonomi  kita termasuk yang paling tinggi. Sementara di negara selain itu pertumbuhannya kecil, artinya pertumbuhan untuk bisnis juga terbatas. Kalau sudah begitu mereka akan mencari tempat investasi lain yang lebih menjanjikan, itu sudah hukum ekonomi,” katanya Dian Ediana Rae.

Situasi panas jelang pilpres dan pileg menurut dia adalah hal yang wajar. “Pemilu itu panas bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga. Ingat kita bukan sekali ini saja melaksanakan pemilu. Fundamental ekonomi kita cukup kuat, jadi siapa pun nanti yang menang dalam pilpres tidak akan bisa lepas dari koridor, maksudnya harus berdasarkan konstitusi dan aturan yang ada dalam melaksakan sektor keuangan,” paparnya.

Meski gejolak politik meningkat Dian yakin kecil kemungkinan untuk terjadi turbulensi karena fundamental ekonomi yang relatif bagus, apalagi kalau dikomparasikan dengan negara lain. “Insfrastruktur negara kita menurut saya sudah cukup kuat untuk menghadapi gejolak yang terjadi akibat aktivitas politik yang meningkat di tahun 2024 ini. Semoga tren pertumbuhan akan terus berlanjut,” katanya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Medianto dari VOI yang menyambanginya di kantor OJK, Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, jalan Thamrin, Jakarta belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.

Hadirnya UU No 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) menurut  Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae memberi wewenang lebih pada OJK. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)
Hadirnya UU No 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) menurut  Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae memberi wewenang lebih pada OJK. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Visi OJK adalah  mengatur, mengawasi dan melindungi industri keuangan di tanah air, sehubungan dengan itu apa yang sudah Anda dan jajaran lakukan?

Kami sudah menjalankan tugas selama satu setengah tahun. Yang sudah kami lakukan adalah reformasi dalam pembenahan organisasi, SDM dan pelaksanaan tugas kami di OJK. Ada Undang-undang baru yang menjadi rujukan; UU No 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). Enam bulan sebelum UU dikeluarkan, kami sudah melakukan perombakan agar OJK ini benar-benar dirasakan fungsinya dalam konteks menjaga stabilitas sistem keuangan dan dalam tugas lain seperti perlindungan konsumen, serta edukasi kepada publik. Perubahan itu kami lakukan serentak.

Khusus untuk tugas Anda sebagai Kepala Pengawas Perbankan OJK, apa saja yang sudah dilakukan?

Sektor perbankan itu adalah sektor terbesar di jasa keuangan kita. Indonesia itu ekonomi-nya sering disebut bank driven economy artinya ekonomi kita itu lebih banyak digerakkan oleh sektor perbankan. Sektor perbankan kita itu perlu mendapat perhatian yang serius.  Tugas ini tidak ringan untuk menangani sektor yang demikian besar, hampir 80% dari total jasa keuangan yang ada.

Langkah-langkah yang sudah saya dan tim lakukan adalah melakukan review hampir  seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sektor perbankan, dalam rangka memperkuat kelembagaan, dan proses pengawasan perbankan. Termasuk BPR, dulu Bank Perkreditan Rakyat sekarang menjadi Bank Perekonomian Rakyat setelah hadirnya UU No 4 Tahun 2023 tentang P2SK serta Bank Syariah dan Bank Pembangunan Daerah. Aturan-aturan sudah banyak kita keluarkan, dan proses pengawasan kita perbaiki untuk memastikan bahwa memang pelaksanaan tugas kita berjalan efektif.

Walaupun ada LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), artinya kalau terjadi  sesuatu degan bank masyarakat tidak usah khawatir.  Mereka yang punya dana sampai 2 miliar di-cover oleh LPS. Tapi bukan itu sebenarnya yang diinginkan, yaitu menjamin agar bank yang beroperasi itu tidak bermasalah. Pengawas kami harus mengerti benar kinerja bank yang diawasinya. Saat ada tanda-tanda risiko bisa cepat diatasi.

Mengapa bank harus diawasi begitu ketat sedangkan bidang usaha lain tidak?

Karena bank itu adalah lembaga intermediasi, bank itu bergerak menggunakan dana masyarakat. Sebagai regulator kami merefleksikan perlindungan pada masyarakat secara umum. Itulah filosofinya mengapa bank harus diawasi demikian ketat.

Banyak hal yang sudah kami lakukan seperti menggunakan regulasi baru dan regulasi yang disempurnakan. Salah satu contoh belum lama ini perbankan dunia dilanda gangguan seperti di Amerika dan Eropa, alhamdulillah di Indonesia bisa selamat, terproteksi. Ada gangguan karena perang antara Ukraina dan Rusia, kita juga bisa berada dalam posisi yang amat baik. Memang kita mengalami serangan siber, tapi terbatas. Di negara lain serangannya lebih besar. Artinya kita sudah melaksanakan tugas dengan baik yang terefleksikan dengan kinerja perbankan yang secara umum baik dan sistem keuangan kita juga baik.

Pilpres 2024 tak lama lagi di gelar,  menurut Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae siapa pun yang terpilih dalam  sektor keuangan harus berjalan sesuai dengan koridor yang sudah ada. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)
Pilpres 2024 tak lama lagi di gelar,  menurut Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae siapa pun yang terpilih dalam  sektor keuangan harus berjalan sesuai dengan koridor yang sudah ada. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Selama ini kendala apa yang dialami untuk mewujudkan visi dan misi OJK?

Kendala pasti ada, setelah UU P2SK kita diberi kewenangan untuk mengembangkan dan menguatkan. UU ini memberikan mandat yang lebih besar kepada kita untuk melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam konteks, bagaimana menjaga, mengembangkan dan memperkuat sistem keuangan.

Misalnya pertumbuhan bank syariah masih 7% itu pun sudah termasuk konversi BPD menjadi bank syariah. Begitu juga BPR kita diberikan kewenangan untuk melakukan konsolidasi dan penyehatan BPR. Ini penting, BPR itu jumlahnya 1.600 di seluruh Indonesia. Lewat UU P2SK ini BPR itu mendapat insentif, mereka bisa ikut sistem pembayaran, boleh ikut listing di pasar modal. Nah kami tidak bisa membiarkan  BPR begitu saja listing di pasar modal karena kami peduli dengan perlindungan konsumen. BPR yang bagus harus diperkuat, yang bermasalah diseleksi, kalau perlu ditutup.

Tidak ada tebang pilih untuk penindakan?

Tidak ada,  salah satu prinsip dalam konteks regulasi dan pengawasan itu tidak boleh ada diskriminasi. Semua diperlakukan sama.

Survei Bank Indonesia mengungkapkan pertumbuhan penyaluran kredit kepada publik meningkat di Q3 2023, seperti apa prediksi Anda untuk Q1 2024 ini?

Berdasarkan data November pertumbuhan kredit kita itu sebesar 9,7%,  kalau kita dibandingkan dengan sebelum COVID-19  posisi itu sudah  normal. Prediksi saya di Q1 2024 ini pertumbuhan kredit ini masih dalam posisi baik. Jika pertumbuhan ekonomi kita  masih dalam kisaran 5% itu akan semakin mendukung. Jika pertumbuhan kredit kita bisa lebih agresif sekitar 10% ke atas, ini akan membantu perekomonian.

Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) ada kenaikan, OJK mencatat NPL gross dan NPL net di periode Juli 2023 masing-masing sebesar 2,51% dan 0,80%. Berapa angka NPL untuk Q4 2023 yang lalu?

Secara umum, dalam setiap bisnis ada saja macet. Namun kita harus melihat rasio bank secara keseluruhan, apakah masih dalam batas toleransi atau tidak? NPL kita masih jauh dari batas maksimal (3%). Artinya bank masih bisa mengendalikan risiko yang timbul karena kredit macet. Bank punya cara untuk mengatasi kredit macet, bisa restrukturisasi, rescheduling dan lain sebagainya.

Saat akan memberikan kredit setiap bank akan menjalankan prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition dari debitur. Ketika analisis kredit sudah bergerak dan agunan sudah cukup, saya pikir tak ada yang harus dikhawatirkan. Jadi over all tidak ada isu soal kredit macet, semua masih normal.

OJK mengeluarkan peraturan, seorang hanya bisa meminjam pada 3 pinjol, apakah ini masih berlaku? Apa yang dilakukan OJK untuk menertibkan pinjol ilegal?  

Kami sudah melakukan banyak hal dalam konteks regulasi. Lalu  ada juga  perlindungan konsumen, juga sudah mengontrol iklan-iklan yang dilakukan apakah ini legal atau ilegal. Pada hakekatnya  maksud utamanya pinjol itu adalah  memberikan ruang pada publik untuk lebih mudah mengakses pinjaman. Memang ada ekses dari hadirnya pinjol ini yang harus kita tertibkan. Kalau yang ilegal dibabat saja.

Untuk pinjol yang legal pendekatan kita bagaimana hadirnya mereka bermanfaat bagi masyarakat dan bagi industri pinjol bisa bertumbuh. Yang tidak kita kehendaki pinjol ini menetapkan suku bunga yang amat tinggi seperti praktik rentenir. Kalau menagih harus beretika, soalnya ini yang bikin stres. Jadi kepentingan industri dan masyarakat sama-sama terjaga. Batasan seorang hanya bisa meminjam dari 3 pinjol  itu masih berlaku. Ke depan harapan kami masyarakat makin teredukasi, mereka harus ukur kemampuan. Kalau dirasa tidak mampu mengembalikan jangan pinjam. 

Pinjol sekarang head to head dengan pay later dalam memasarkan kredit kepada publik, bagaimana aturannya agar terjadi persaingan sehat, apakah ada rujukan untuk hal ini?

Persaingan yang sehat justru kita dorong. Bank diharapkan me-lead soal ini. Ketika bank masuk ke ranah pay later ini memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan dana, bank sendiri bisa melayani berbagai kebutuhan masyarakat tidak hanya untuk investasi tapi juga kebutuhan konsumsi. Selama persaingannya sehat justru yang diuntungkan adalah masyarakat.

Minat investor asing untuk berinvestasi di sektor perbankan Indonesia apa masih besar?

Sebelum menanamkan modalnya mereka biasanya akan memerhatikan kondisi perekonomian di suatu negara. Mereka akan melihat kondisi makro kita, melihat potensi ekonomi kita. Di samping China dan India pertumbuhan ekonomi  kita termasuk yang paling tinggi. Sementara di negara selain itu pertumbuhannya kecil, artinya pertumbuhan untuk bisnis juga terbatas. Kalau sudah begitu mereka akan mencari tempat investasi lain yang lebih menjanjikan, itu sudah hukum ekonomi.

Di Indonesia yang terbuka itu bukan saja sektor perbankan, non perbankan juga luas, juga di sektor ril. Dan sekarang ini dunia sudah terhubung, tidak ada lagi batas untuk melakukan investasi, ke negara mana pun bisa. Meski investor asing banyak yang berminat, namun investasinya masih tidak sebesar perbankan dalam negeri. Jumlah investasi asing masih dibawah 20%.

Di tahun politik ini, estimasi Anda untuk pertumbuhan ekonomi kita seperti apa?

Pemilu itu panas bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga. Ingat kita bukan sekali ini saja melaksanakan pemilu. Fundamental ekonomi kita cukup kuat, jadi siapa pun nanti yang akan menang dalam pilpres tidak akan bisa lepas dari koridor, maksudnya harus berdasarkan konstitusi dan aturan yang ada dalam melaksanakan sektor jasa keuangan. Insfrastruktur negara kita menurut saya sudah cukup kuat untuk menghadapi gejolak yang terjadi akibat aktivitas politik yang meningkat di tahun ini. Semoga tren pertumbuhan akan terus berlanjut.

 

Dian Ediana Rae, Antara Kesibukan dan Hobi

kiat agar pekerjaan kantor dan luar kantor berjalan beriringan. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae punya kiat agar pekerjaan kantor dan luar kantor berjalan beriringan. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Antara kesibukan di kantor dengan aktivitas lain seperti olahraga dan melakoni hobi harus seimbang. Dengan keseimbangan itulah kata Dr. Dian Ediana Rae, SH, LL.M, yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK semuanya bisa berjalan beriringan, saling melengkapi dan mendukung.

Salah satu aktivitas yang selalu dia lakukan adalah olahraga. “Saya rutin main pingpong setiap Selasa dan Jumat dengan durasi satu jam lebih. Di luar hari itu saya melakukan jogging atau lari pagi di sekitar rumah atau kalau cuaca tidak mendukung di dalam rumah dengan treadmill. Jadi olahraga itu penting  sekali untuk menjaga elastisitas otot dan kebugaran,” kata pria kelahiran 4 April 1960 ini.

Untuk urusan makan, ini yang sedikit krusial. “Soalnya satu termasuk penikmat kuliner. Ke mana pun saya bertugas di luar kota atau di manca negara. Urusan kuliner ini tak pernah luput. Ada sesuatu yang kurang kalau tidak menikmati kuliner khas di daerah yang saya kunjungi. Cuma karena sudah senior saya tidak boleh sembarangan. Kalau sudah cukup berhenti, tidak boleh lupa diri,” lanjutnya.

Karena kedua anaknya sudah dewasa dan mandiri, kini Dian hanya tinggal berdua dengan  istri tercinta di rumah. “Ya begitulah kehidupan, dulu anak-anak tinggal bersama kami, kini setelah dewasa mereka sudah punya kehidupan sendiri, sudah mandiri dan juga sudah berkeluarga. Akhirnya kami kembali seperti dulu saat pertama menikah,” ungkapnya.

Yang membuat Dian dan istri gembira, saat akhir pekan anaknya berkunjung dengan membawa keluarganya. “Akhir pekan saya bermain dengan cucu. Kali lain kami makan bersama atau jalan ke luar kota. Meski tidak bisa lama yang penting quality time,” kata Dian.

 

Hobi Menyetir Mobil

Menyetir adalah hobi yang dilakoni Dian Ediana Rae sejak dulu, karena itu saat akhir pekan sopir pribadinya bisa istirahat. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)
Menyetir adalah hobi yang dilakoni Dian Ediana Rae sejak dulu, karena itu saat akhir pekan sopir pribadinya bisa istirahat. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Ketika anak-anak dan cucu tak bisa berkunjung dia dan istri jalan berdua. “Biasanya kami ke Bandung atau kota-kota lain di Pulau Jawa. Itu sekaligus menyalurkan hobi saya menyetir. Kalau hari kerja saya ke kantor diantar sopir, saat jalan bersama istri atau anak dan cucu saya menyetir sendiri,” kata Dian Ediana Rae yang menikmati perjalanan saat bepergian tanpa sopir.

Jadi saat akhir pekan adalah waktu libur untuk sopir yang sepanjang Senin hingga Jumat bertugas mengantar Dian ke sana ke mari untuk urusan kantor. Soalnya dia lebih senang menyetir sendiri sembari menyalurkan hobinya daripada disetiri sopir pribadi.

Meski usianya sekarang sudah di atas kepala enam, ia merasa tak pernah ada kendala untuk urusan menyetir, bahkan menyetir untuk rute jauh seperti ke ujung Pulau Jawa, bisa ia lakoni. “Alhamdulillah saya tidak ada masalah untuk urusan menyetir, yang penting kendaraannya laik jalan. Apalagi sekarang jalan sudah bagus,” kata Dian.

Soal macet di jalan bagi Dian juga bukan persoalan besar. “Justru saat menghadapi kemacetan di jalan yang padat, saya bisa melatih refleks. Saat jalanan lengang memacu kendaraan 120km/jam hingga 140km/jam sudah biasa buat saya,” ungkapnya yang biasa menempuh Jakarta – Bandung dalam 2 jam perjalanan saat lalin lancar.

Tips Melepas Stres

Melakoni hobi berkebun di akhir pekan membuat Dian Ediana Rae sejenak melupakan kesibukan kator. Setelah itu dia menjadi rileks saat melakoni aktivitas kembali di awal pekan. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)
Melakoni hobi berkebun di akhir pekan membuat Dian Ediana Rae sejenak melupakan kesibukan kantor. Setelah itu dia menjadi rileks saat melakoni aktivitas kembali di awal pekan. (Foto Bambang Eros, DI Raga Granada VOI)

Dian punya cara mudah dan murah untuk me-release stress dari rutinitas di kantor. Selain berolahraga, ia punya hobi berkebun dan memelihara ikan. “Kalau sudah di kebun saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam saat akhir pekan, tak terasa sudah senja saja. Dan itu buat saya benar-benar bisa me-release stress atas pekerjaan yang ada,” kata pria yang punya kebun di daerah Bandung.

Soalnya, lanjut Dian saat sudah di kebun ia benar-benar tidak memikirkan pekerjaan di Jakarta yang menumpuk. “Saya kalau sudah di kebun itu enjoy sekali. Setelah merawat tanaman dilanjutkan memberi makan ikan. Itu benar-benar bikin refresh pikiran. Jadi saat kembali beraktivitas di Jakarta pada hari Senin sudah segar sekali,” ungkapnya.

Jadi kalau sudah pulang dari Bandung kata Dian Ediana Rae, suasana hati dan pikiran lebih rileks. Begitulah kesimbangan antara aktivitas di kantor dan kesibukan bersama keluarga, berolahraga dan berkebun. “Hobi itu tidak perlu yang mahal, yang penting sesuai dengan passion kita saja,” katanya menyudahi perbincangan.

"Pemilu itu panas bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga. Ingat kita bukan sekali ini saja melaksanakan pemilu. Fundamental ekonomi kita cukup kuat, jadi siapa pun nanti yang akan menang dalam pilpres tidak akan bisa lepas dari koridor, maksudnya harus berdasarkan konstitusi dan aturan yang ada dalam melaksakan sektor jasa keuangan. Insfrastruktur negara kita menurut saya sudah cukup kuat untuk menghadapi gejolak yang terjadi akibat aktivitas politik yang meningkat di tahun 2024 ini,"

Dian Ediana Rae