JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Rabu, Kyiv tidak berada di bawah tekanan dari sekutunya untuk berhenti memerangi Rusia, saat ia memulai tur ke negara-negara Baltik untuk menggalang dukungan.

Pemimpin Ukraina itu melakukan kunjungan ke Lituania, Latvia dan Estonia, berharap dapat menghentikan kelelahan akibat perang di antara sekutu Barat Ukraina, mendapatkan lebih banyak bantuan keuangan dan militer, mendiskusikan upaya Kyiv untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.

Sesaat sebelum pemimpin Ukraina tersebut memulai pembicaraan dengan Presiden Lituania Gitanas Nauseda di Vilnius, menteri pertahanan Italia mengatakan di Roma, waktunya telah tiba bagi diplomasi untuk membuka jalan bagi perdamaian.

Ketika ditanya di Vilnius apakah sekutu Ukraina kini mendesak Kyiv untuk berhenti berperang, Presiden Zelensky mengatakan: "Tidak ada tekanan dari mitra untuk menghentikan pertahanan kami. Belum ada tekanan untuk membekukan konflik," seperti dilansir dari Reuters 11 Januari.

"Ada berbagai suara di media, saya sudah membaca semuanya," katanya dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Nauseda.

"Tetapi menurut saya mitra kami belum secara resmi siap memberikan sinyal seperti itu kepada kami. Setidaknya saya belum mendengarnya secara pribadi," tandas Presiden Zelensky.

Diketahui, Ketiga negara Baltik tersebut adalah salah satu pendukung paling setia Kyiv di Uni Eropa dan aliansi militer NATO, memberikan bantuan militer kepada Ukraina dalam minggu-minggu menjelang invasi skala penuh Rusia pada 24 Februari 2022.

Ketiga negara tersebut, serta Moldova, akan menjadi target berikutnya bagi Rusia jika mereka menang di Ukraina, kata Presiden Zelensky.

Dengan meningkatnya prospek perang berkepanjangan setelah serangan balasan Ukraina tahun lalu belum memberikan terobosan yang diharapkan Kyiv, Ukraina meminta sekutu Baratnya untuk memberikan lebih banyak bantuan keuangan dan militer.

Permohonan tersebut menjadi semakin mendesak, sejak paket bantuan UE dan AS senilai puluhan miliar dolar terhenti pada akhir tahun lalu.

"Ketidakpastian dukungan finansial dan militer dari para mitra terhadap Ukraina hanya akan menambah keberanian Federasi Rusia. Oleh karena itu, kita tidak boleh memperpanjang proses ini lagi," jelas Presiden Zelensky.

Ditambahkannya, Ukraina menghadapi kekurangan sistem pertahanan udara modern dalam menghadapi serangan rudal dan drone Rusia.

Rusia sebelumnya mengatakan siap melakukan perundingan perdamaian jika Ukraina mempertimbangkan "realitas baru", yang menunjukkan pengakuan Rusia menguasai sekitar 17,5 persen wilayah Ukraina.

Presiden Zelenskiy menolak anggapan Rusia tertarik melakukan perundingan di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, menyatakan Moskow akan menyetujui jeda pertempuran hanya jika pihaknya memerlukan jeda untuk menambah pasukannya.

Di hadapan ribuan orang di Vilnius tengah, Presiden Zelensky mengatakan: "Tidak akan pernah ada 'hari setelah Ukraina'. Akan ada hari setelah perang, dan akan ada hari setelah Putin."


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)