JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan unjuk gigi peringkat kemacetan di Jakarta menurun. Pencapaian itu dipamerkan sang gubernur dalam acara Jakarta E-Mobility Event hingga akun Instagram pribadinya.
Turunnya peringkat Jakarta dalam hal kemacetan bukan terjadi pada tahun ini, Anies mengaku indeks kemacetan di Jakarta itu turun dalam lima tahun terakhir. Namun, apakah itu benar terjadi?
Faktanya tingkat kemacetan di Jakarta memang turun sebesar 34 persen pada 2021, berdasarkan data yang dirilis perusahaan pemantau lalu lintas TomTom Traffic Index.
TomTom menempatkan Jakarta di peringkat ke-46 dari 404 kota di 58 negara yang diukur tingkat kemacetannya. Jakarta berhasil keluar dari 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom.
Mengutip laman resminya, tomtom.com, TomTom menyebutkan penyebab utama turunnya angka kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta lantaran pandemi COVID-19.
Umumnya peringkat kemacetan kota-kota besar di enam benua naik hingga tiga persen setiap tahun. Namun, angka kemacetan menjadi lebih baik ketika dunia mengalami pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir.
SEE ALSO:
Jakarta pun mengalami penurunan tingkat kemacetan pada tahun ketika pandemi terjadi yakni 2020. Kala itu, Jakarta berada di peringkat ke-31 dengan indeks 36 persen, turun 17 persen dari tahun 2019 yang berada di peringkat ke-10 kota termacet di dunia dengan indeks 53 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada pada 2018 dan 2017. Jakarta menduduki posisi ke-7 pada 2018 dengan indeks sebesar 53 persen dan pada 2017 berada di peringkat ke-4 sebagai kota termacet di dunia dengan indeks 61 persen.
Sebelumnya, Anies mengatakan angka kemacetan di Jakarta menurun selama lima tahun terakhir. Dia bersyukur atas pencapaian itu setelah Jakarta sempat menduduki peringkat ke-4 kota termacet di dunia pada 2017.
"Bayangkan dalam waktu lima tahun turun dari posisi keempat kota termacet di dunia, sekarang kita di posisi 46 di dunia," kata Anies dalam acara Jakarta E-Mobility Event yang disiarkan di kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)