JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap, ada banyak ramalan yang mengatakan Indonesia akan runtuh lebih dulu dibanding dengan negara lain, saat dihantam pandemi COVID-19. Namun, menurut dia, neraca dagang justru membaik di tengah pandemi di mana Indonesia mengalami surplus.
Menurut Erick, jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai neraca perdagangan terkait kinerja impor dan ekspor, justru berbanding terbalik dari ramalan-ramalan buruk soal Indonesia.
"Banyak yang memperkirakan ketika COVID-19 ini mulai, kita salah satu negara yang runtuh duluan. Tapi kalau kita lihat hasil BPS, positif kita. Antara ekspor dan impor, malah membaik. Yang selama ini di benak kita harus impor-impor terus," ucapnya, dalam video conference, Selasa, 18 Agustus.
Erick mengatakan, semua ini terjadi karena ada perbaikan pada supply chain. Indonesia yang selama ini banyak mengandalkan impor, ternyata bisa disubstitusi dengan produk dalam negeri di masa pandemi.
"Padahal dengan COVID-19, defisit anggaran kita lebih bagus, dan enggak bubar juga ini negara. Enggak kelaparan juga ini negara," tuturnya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan, pandemi mengaruskan setiap negara mandiri dan mengandalkan produk dalam negeri untuk bertahan. Namun, ia berujar, menjadi negara mandiri bukan berarti anti untuk bekerjasama dengan negara lain.
SEE ALSO:
"Bukan berarti kita anti bekerja sama dengan negara lain. Tapi kerjasamanya harus yang menang-menang (win-win), karena dengan COVID-19 kita diajarkan bahwa negara yang mempunyai market besar adalah negara yang mempunyai keunggulan," katanya.
Namun, kata Erick, selama ini paradigma tersebut tidak berkembang di Indonesia. Bahkan, selama ini Indonesia sangat bergantung kepada impor. Padahal, katanya, Indonesia memiliki market besar yang harusnya dijadikan peluang.
"Selama ini bangsa ini kita selalu dibalik. Karena kita punya market besar, kita terlena, market kita tergerogoti, kita tidak membangun agar market kita mandiri. Ditambah lagi, sumber daya alam yang luar biasa, nilai seni, budaya, kuliner, jumlah pulau yang luar biasa banyak dan keunikan masing-masing suku bangsa kita menjadi fundamental. Justru bagaimana kita bisa lebih mandiri," tuturnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)