JAKARTA - Tahun 2023 menjadi momen industri musik Indonesia benar-benar bangkit pascapandemi, setelah di tahun sebelumnya berbagai peraturan yang sempat mempersulit gerak para pelaku musik mulai dikembalikan satu per satu seperti semula.

Animo masyarakat untuk menyaksikan konser musik tidak terbendung. Khususnya di semester kedua, berbagai festival musik berhasil menghadirkan puluhan ribu penonton. Selain itu, penjualan tiket konser musisi luar negeri di Jakarta juga terjual dalam waktu singkat.

Namun, tahun 2023 juga memunculkan permasalahan klasik soal royalti bagi pencipta lagu. Permasalahan klasik di industri musik Tanah Air itu menghasilkan berdirinya asosiasi yang hanya terdiri dari para pencipta lagu, yaitu Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI).

AKSI tampak menjadi corong utama yang mengkritik penghimpunan royalti yang dilakukan Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), serta penyelenggara event “nakal”.

Beberapa permasalahan yang dihadapi para pencipta lagu juga berujung dengan larangan pembawaan lagu, bahkan terdapat kasus yang berujung dengan laporan kepolisian.

Kisah inspiratif juga muncul dari musisi dalam negeri. Putri Ariani mendapat perhatian masyarakat dunia lewat ajang America’s Got Talent 2023. Selain itu, ikon musik rock Indonesia, God Bless, merayakan ulang tahun ke-50 dengan beragam prestasi.

Berikut pembahasan lengkap beberapa peristiwa penting dalam dunia musik Indonesia sepanjang 2023.

Festival Musik dan Perilaku Penontonnya

Semuanya kembali normal, puluhan festival musik di kota-kota besar kembali menggeliat. Menariknya, sebagian besar, jika tidak mau disebut semuanya, dihadiri penonton dengan jumlah besar.

Bulan September menjadi yang paling menarik sepanjang tahun ini, tiga festival musik besar diselenggarakan, yaitu Synchronize Festival, Soundrenaline dan Pestapora. Semuanya dihadiri puluhan ribu penonton

Adapun, gelaran Synchronize Festival dan Soundrenaline digelar berbarengan, yaitu akhir pekan pertama. Berselang tiga pekan kemudian, Pestapora digelar dengan line up yang hampir serupa dengan Synchronize.

Mengutip pernyataan Dino Hamid selaku Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) dalam sebuah diskusi yang diikuti VOI di Kemang, Jakarta Selatan pada Oktober lalu, ia menyebut ada kecenderungan baru penonton di festival musik.

“Sekarang semua festival musik itu ramai terus yang nonton. Mereka datang bukan cuma karena line up-nya, tapi karena mereka datang mau buat konten, entah itu sebagai content creator atau buat koleksi pribadi,” kata Dino Hamid.

“Coba aja lihat di media sosial, festival musik itu banyak dijadikan konten. Semuanya jadi content creator,” lanjutnya seraya tertawa.

Apa yang dikatakan Dino Hamid tidak sepenuhnya salah jika melihat gelaran Synchronize Festival dan Pestapora di tahun 2023. Hanya berselang tiga pekan, setiap harinya kedua festival tersebut dihadiri puluhan ribu orang.

Selain itu, festival musik lain seperti Java Jazz Festival, Hammersonic Festival, We The Fest, Prambanan Jazz Festival, Joyland Festival, Djakarta Warehouse Project, Asian Sound Syndicate, The 90s Festival, dan lainnya terbilang sukses digelar.

Namun, pembatalan atau pergeseran jadwal festival musik harus menjadi perhatian. Animo tinggi masyarakat akan gelaran musik merupakan tanggung jawab besar bagi para promotor, dan bukan untuk dimanfaatkan tanpa adanya perencanaan dan eksekusi yang tepat.

Belum lagi, beberapa festival musik dan konser atau tur yang dibatalkan, menyisakan pengembalian tiket yang masih bermasalah.

Konser Coldplay dan Musisi Luar Negeri

Tanpa mengesampingkan konser besar dari musisi dalam negeri, tahun 2023 menjadi kembalinya para musisi luar negeri untuk tampil di Indonesia, mulai dari Slipknot, 30 Seconds To Mars, Laufey, Stephen Sanchez, Cory Wong, Blackpink, The Corrs, Interpol, Ronan Keating, David Guetta, Mr. Big, James Arthur, David Foster, Lil Pump, Steve Vai, Lauv, Kodaline, dan masih banyak yang lain.

Namun, konser Coldplay untuk pertama kalinya di Indonesia menjadi yang paling layak untuk dibahas. Bukan hanya karena penampilan apik Chris Martin cs., tapi juga dengan segala cerita yang meliputinya sejak sebelum diumumkan hingga konser selesai.

Sejak masih sebatas rumor, permintaan akan kehadiran band asal Inggris itu menjadi pembicaraan pecinta musik. Bahkan, pemerintah harus turun tangan untuk memastikan Coldplay benar-benar memilih Jakarta sebagai salah satu tujuan tur dunia mereka.

Dengan terbatasnya jumlah kursi tersedia, “perang” untuk mendapatkan tiket atau ticket war menjadi kontroversi pertama yang muncul. Banyak orang yang mengeluhkan sistem penjualan tiket, beberapa di antaranya bahkan figur publik.

“Ini konser yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama, dan sekarang kebetulan juga momentumnya tepat, di saat dahaga menyaksikan konser sedang meninggi. Coldplay adalah salah satu band terpopuler dunia saat ini, wajar jika menjadi pusat perhatian. Dan semakin fenomenal karena adanya berita-berita penolakan serta ticket war yang viral,” kata Mudya Mustamin saat dihubungi VOI, Mei lalu.

Sistem penjualan tiket yang banyak dikritik diperparah dengan kemunculan pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang mengaku mendapat tiket dari “orang dalam” atau layanan jastip (jasa titip) tiket, dan kemudian menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi. Permasalahan ini mengharuskan pihak promotor dipanggil pihak kepolisian untuk memberi kesaksian.

Permasalahan tidak berhenti sampai di situ, menjelang kedatangan Chris Martin dan personel lain, muncul penolakan disertai demo ratusan orang di ibukota Jakarta. Mereka menolak konser Coldplay karena dianggap akan mengkampanyekan LGBT saat tampil di GBK.

Demo berlanjut hingga hari penyelenggaraan, namun tidak berdampak secara langsung terhadap konser. Adalah kasus penipuan dan penonton yang merasa tertipu serta tidak terlayani dengan baik yang membuat pengamanan mengendur hingga beberapa orang mencoba masuk stadion.

Meski begitu, konser tetap berjalan dengan baik dan menjadi kenangan indah di 2023 bagi 80 ribu penonton yang hadir. Kekonyolan Chris Martin yang sempat berkeliling Jakarta tanpa alas kaki dilanjutkan dengan pembacaan pantun di atas panggung.

Chris Martin secara terang mengaku bahagia tampil di Indonesia untuk pertama kalinya. Mereka berjanji akan kembali mengunjungi Tanah Air dalam tur dunia selanjutnya.

Setelah konser Coldplay usai, kepolisian pun mulai menindak kasus penipuan yang telah merugikan banyak pembeli tiket. Seorang wanita ditangkap karena melakukan penipuan yang totalnya lebih dari Rp5 miliar.

Ya, konser Coldplay dengan segala kenangan indah bagi mereka yang menonton dan berbagai permasalahan yang meliputinya, dapat dikatakan menjadi peristiwa musik terbesar di Indonesia tahun ini.

Namun, diberhentikannya konser hari pertama Bring Me The Horizon dan dibatalkannya konser hari kedua juga patut mendapat perhatian.

Tidak ada penyelidikan mendalam dan penjelasan lengkap dari APMI dan promotor yang membuat bukan hanya penonton dirugikan karena telah menghabiskan waktu, energi, dan mungkin materi, tapi juga bisa berdampak kepada penyelenggaraan musik ke depan.

Belum lagi, peristiwa naiknya penonton ke atas panggung dan pernyataan personel Bring Me The Horizon serta penampil lain diunggah ke media sosial, yang berarti apa yang terjadi dilihat oleh dunia.

Royalti dan Pelarangan Membawakan Lagu

Permasalahan klasik industri musik Indonesia mengenai royalti juga menjadi bahasan menarik di tahun 2023. Pencipta lagu merasa tidak menerima hak sebagaimana mestinya. Lebih jauh, alasan tersebut tampak menjadi kemunculan gelombang pelarangan membawakan lagu bagi beberapa musisi non-pencipta.

Dapat dikatakan apa yang terjadi pada Ahmad Dhani dan Once Mekel menjadi awal dari semuanya. Ahmad Dhani melarang Once membawakan lagu-lagu ciptaannya.

Ahmad Dhani punya alasannya sendiri dengan melarang Once. Namun, eks vokalis Dewa itu juga punya argumen sendiri. Ia menilai tidak ada alasan untuk melarangnya membawakan lagu ciptaan siapapun, selama membayar royalti secara benar.

Saling lempar pendapat antara Dhani dan Once berlanjut, hingga akhirnya dalam sebuah konferensi pers yang dihadiri awak media, Once bersepakat untuk tidak membawakan lagu ciptaan Ahmad Dhani. Namun, ia tetap sependapat dengan argumen pentolan Dewa 19 itu.

Mulai dari sana, gelombang pelarangan membawakan lagu dari pencipta lagu untuk mantan band bermunculan, sebut saja Rieka Roeslan yang melarang The Groove, Posan Tobing yang melarang Kotak, Badai yang melarang Kerispatih, dan lainnya.

Selain itu, ada juga Ipay yang mengaku sebagai pencipta lagu Cinderella. Ia melarang Radja membawakan lagu ciptaannya, membayarkan royalti yang selama ini didapat Ian Kasela, dan menuntut vokalis Radja itu ke polisi.

Tidak hanya Ipay yang melakukan laporan kepolisian. Posan Tobing dengan kasus berbeda juga melaporkan tiga mantan rekannya di Kotak, yaitu Tantri, Chua dan Cella. Namun, laporan kepolisian itu tidak lagi terdengar kelanjutannya.

Permasalahan royalti dan pelarangan membawakan lagu membuat para pencipta lagu yang memiliki pemikiran serupa membentuk Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) pada pertengahan tahun 2023.

Setengah tahun perjalanannya, AKSI banyak mengkritik Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang dinilai tidak bisa menghimpun royalti dengan baik. Mereka menyuarakan agar sistem pembayaran royalti bisa langsung kepada si pencipta lagu.

“Yang kita perjuangkan itu sistem pembayaran royalti itu bisa direct, langsung kepada pencipta lagunya. Kita ingin pencipta lagu itu mendapatkan hak-haknya secara tepat,” kata Piyu selaku Ketua Umum AKSI saat ditemui Selasa, 12 Desember.

Di lain sisi, Makki Omar Parikesit yang saat ini menjadi Komisioner LMKN mengakui adanya kelemahan, namun bukan berarti pihaknya berdiam diri. Ia menyebut LMKN dan LMK tengah mempersiapkan sistem yang lebih baik agar penghimpunan royalti dan pendistribusiannya berjalan baik.

Lebih lanjut, Makki meminta agar seluruh pihak berkepentingan bisa duduk bersama dan membicarakan berbagai permasalahan, serta mencari solusi bersama-sama.

“Kadang-kadang yang jadi masalah, kadang-kadang si A, si B dan si C, katakanlah mengenai UU, itu belum seragam. Ya mungkin komunikasi setiap stakeholder jadi hal penting yang harus diselesaikan. Pembicaraan terus-terusan, teman-teman yang belum sama terus dikomunikasikan, kita terima masukan juga. Tapi ya kadang teori sama praktek ada gap (jarak) dikit,” kata Makki saat ditemui beberapa waktu lalu.

Kisah Inspiratif Musisi Beda Generasi

Tahun 2023 juga berjalan dengan kisah inspiratif dari para musisi Tanah Air. Setidaknya ada dua hal yang layak disorot, yaitu keikutsertaan Putri Ariani di America's Got Talent dan perayaan ulang tahun God Bless yang ke-50.

Keberhasilan Putri Ariani membawakan lagu ciptaannya yang berjudul Loneliness saat audisi dan mendapat golden buzzer menjadi kisah yang membuat mata banyak orang harus mengakui bakat alami di balik segala kekurangan yang dimiliki penyanyi remaja itu.

Putri Ariani menjadi pelajaran berarti bagi banyak orang. Dia berhasil meraih mimpinya untuk dikenal karena kemampuan bernyanyi. Putri juga berkesempatan berkolaborasi dengan beberapa musisi dan penyanyi dunia, seperti David Foster, Ronan Keating, Leona Lewis, Peabo Bryson hingga Alan Walker.

Namun sangat disayangkan, Putri Ariani gagal menjuarai AGT. Dalam babak final, ia harus puas berada di posisi keempat. Meski begitu, dukungan terhadapnya tidak luntur, banyak orang yang menyuarakan kekesalannya setelah tahu Putei gagal keluar sebagai juara.

Selanjutnya, kisah inspiratif datang dari generasi berbeda dengan cerita berbeda. Jika Putri Ariani menginspirasi karena bisa berprestasi dan dikenal banyak orang di balik kekurangannya, God Bless menginspirasi sebagai legenda rock dan band yang masih terus berkarya selama 50 tahun.

Perjalanan God Bless di 50 tahun berkarya dimulai dengan merilis sebuah album berisi garapan ulang karya-karya terbaik mereka yang dipadukan dengan orkestra yang dipimpin Tohpati.

Tidak cukup hanya dengan album, God Bless sukses menggelar konser 50 tahun berkarya di Istora Senayan pada 10 November lalu. Dengan usia personel yang sudah lebih dari 70 tahun, mereka tampil menghibur pecinta musik rock dengan pertunjukan yang elegan.

Apa yang dilakukan Achmad Albar cs. Membuat berbagai penghargaan datang. God Bless tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Band Rock Tertua yang Masih Berkarya. Kemudian, band yang terbentuk pada tahun 1973 itu juga mendapat Lifetime Achievement di Indonesian Music Awards 2023.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)