JAKARTA - Sektor perbankan di tahun ini masih cukup menarik terlihat dari pertumbuhan kredit yang tinggi pada tahun lalu didorong oleh pembiayaan pada sektor korporat yang berfokus pada pembiayaan hilirisasi.

"Mereka banyak membiayai hilirisasi, seperti Bank Mandiri, BCA banyak sekali, kenapa ravenue mereka tumbuh karena hilirisasi itu," ujar Head of Proprietary Investment Mirae Asset Handiman Soetoyo, Jakarta, 14 Januari.

Untuk diketahui, pada November 2024 kredit perbankan tumbuh sebesar 10,79 persen year on year (yoy) atau menjadi Rp7. 717 triliun. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan juga tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,54 persen (yoy) menjadi sebesar Rp8.835,9 triliun.

Sementara itu, likuiditas industri perbankan pada November 2024 juga memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,94 dan 25,57 persen. Sedangkan, kualitas kredit juga tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan sebesar 2,19 persen dan NPL net sebesar 0,75 persen. Kemudian, loan at risk (LAR) menunjukan tren penurunan menjadi sebesar 9,82 persen.

Adapun secara umum kinerja industri perbankan Indonesia pada November 2024 tingkat profitabilitas bank atau ROA (return on asset) menjadi 2,69 persen dan permodalan (CAR) perbankan yang tinggi sebesar 26,92 persen ini menjadi bantalannya mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.

Handiman menilai meskipun terdapat peraturan terkait kewajiban perbankan turut membiayai program hilirisasi hal tersebut tidak terlalu berdampak besar karena perbankan sudah berfokus pada hilirisasi sejak tahun lalu.

Namun, Handiman juga mengingatkan agar perbankan tetap memperhatikan manajemen risiko. "perbankan harus memperhatikan manajemen resiko takutnya kalo ini push atau paksa, sedangkan itu kaga visibel secara kredit, itu takutnya nanti jadi beban resikonya rugi," ujarnya.

Selain itu, Handiman juga menyoroti tantangan likuiditas yang ketat di pasar, sehingga dapat mempengaruhi suku bunga.

"Kita tahu bahwa likuiditas benar-benar ketat. Dan mungkin masih akan ketat karena banyak sekali pengetatan likuiditas di market. Kita bisa lihat di SRBI cukup menguras likuiditas di market makanya suku bunga cukup sulit untuk turun," ungkapnya.

Namun meski terdapat tantangan tersebut, Handiman melihat prospek investasi di sektor perbankan cukup menarik lantaran kinerja perusahaan-perusahaan perbankan di tahun lalu masih stabil dengan laba yang positif.

"Kalau fluktuasi di market itu sesuatu yang nggak ada yang bisa diprediksi secara tepat. Tapi satu hal yang pasti dividen itu asalnya dari kinerja, kita tahu kinerja perusahaan-perusahaan sebenarnya di tahun lalu masih stabil, di bank semuanya labanya masih positif," katanya.

Sebelumnya, Sebagai informasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mewajibkan lembaga perbankan dan lembaga keuangan nonbank untuk membiayai program hilirisasi. Dikatakan Bahlil, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2025.

Asal tahu saja, Presiden Prabowo Subianto baru saja menerbitkan Keputusan Presiden No 1 tentang Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang diketuai oleh Bahlil Lahadalia.

“Perbankan kita, lembaga-lembaga keuangan non-bank, harus mau ikut mengambil bagian dalam membiayai proyek investasi hilirisasi,” ujar Bahlil kepada awak media di Gedung Kemterian ESDM, Jumat, 10 Januari.

Bahlil bilang, lembaga perbankan dan keuangan yang dimaksud tidak hanya sebatas bank pelat merah atau Himbara melainkan semua bank termasuk bank asing yang beroperasi di Indonesia.

"Semuanya. Selama dia mau beroperasi di Republik Indonesia, dia ikut aturan main di Republik Indonesia," sambung Bahlil.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)