Alasan Kenapa Tamu Undangan Pernikahan Kaesang dan Erina Dilarang Gunakan Batik Motif Parang
JAKARTA - Pura Mangkunegaran dipilih jadi tempat Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menggelar tasyakuran pernikahan mereka pada Minggu, 11 Desember. Tasyakuran dibagi menjadi dua sesi, yang mana sesi pertama dimulai pada pukul 9.30 WIB dan sesi kedua dimulai pukul 18.30 WIB.
Sejak pagi hari kawasan Pura Mangkunegaran sudah dipenuhi oleh tamu undangan. Sebagian besar tamu yang hadir mengenakan kemeja batik yang biasa digunakan untuk menghadiri acara pernikahan. Motif batik apapun boleh digunakan pengunjung dan tamu, kecuali satu motif yakni batik parang, baik parang lereng maupun parang rusak. Lantas, mengapa batik parang dilarang penggunaannya saat resepsi pernikahan Kaesang dan Erina?
SEE ALSO:
Motif parang lereng merupakan salah satu rupa batik tua yang motifnya terlihat berulang mengikuti garis diagonal. Jika ditilik dari bahasa, "parang" berasal dari kata "pereng" yang artinya adalah lereng.
Perengan menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah. Kemudian, motif berulang dari parang lereng dengan dasar S terinspirasi dari ombak samudra yang bermakna tidak kenal putus asa. Sedangkan dalam filosofi Jawa, batik parang punya makna agar tidak pernah menyerah, seperti ombak yang tak berhenti bergerak. Selain itu, motif parang besar hanya boleh digunakan oleh raja maupun ratunya. Sedangkan semakin kebawah keturunan, penggunaan motif parang lebih kecil.
Begitulah filosofi di balik pelarangan penggunaan batik motif parang di resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono di Solo. Ngunduh mantu dan tasyakuran merupakan dua acara yang terdapat pada akhir rangkaian acara pernikahan adat Jawa. Dua acara tersebut juga akan menutup rangkaian acara pasca akad nikah.