JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menargetkan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya di 5.000 stasiun pengisian bahan bakar umum yang berpotensi menghemat Rp4 miliar setahun dari biaya tagihan listrik.
"Pemasangan PLTS di 5.000 SPBU diperkirakan berpotensi menurunkan emisi sebesar 34 ribu ton karbon dioksida per tahun," kata Chief Executive Officer Pertamina New Renewable Energy Dannif Danusaputro dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Rabu 15 September.
Transisi energi yang sedang dilakukan perseroan mengusung konsep Green Energy Station atau Stasiun Energi hijau yang menyediakan layanan secara terintegrasi dan ramah lingkungan.
Pembangkit listrik surya yang dipasang menggunakan sistem on grid yang terintegrasi dengan jaringan penyediaan listrik sebagai tempat penyimpanan energi yang dihasilkan dari panas matahari.
Berdasarkan riset BloombergNEF rentang waktu 2010-2020, biaya investasi PLTS turun drastis hingga 90 persen.
Penurunan biaya pembangkit itu seiring makin berkembangnya teknologi serta meningkatnya skala ekonomi, sehingga biaya pemasangan PLTS akan menjadi kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil.
BACA JUGA:
"HSSE Golden Rules sudah menjadi budaya di Pertamina di mana aspek keamanan dan keselamatan tidak akan lepas dari setiap aktivitas operasi kami, sehingga konsumen tidak perlu khawatir," ujar Dannif.
Hal menarik lainnya dari PLTS atap adalah tampilan panel surya yang futuristik dapat memberikan fungsi dekoratif pada atap SPBU.
Di beberapa negara dengan pemanfaatan PLTS yang sudah lebih maju, produk panel surya yang dihasilkan produsen tidak hanya memberikan manfaat fungsional tapi juga lebih bervariasi dengan beberapa pilihan warna yang menambah manfaat dekoratif atap bangunan.