Dinilai Bisa Sokong Tol Trans Sumatera, Hatta Rajasa Bicara soal Jembatan Selat Sunda Proyek yang Pernah Ingin Digarap Konglomerat Tomy Winata
Hatta Rajasa. (Foto: Dok. Setkab)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa berbicara mengenai Jembatan Selat Sunda yang dinilainya mampu menjadi penyokong utama Jalan Tol Trans Sumatera.

Hatta Rajasa yang merupakan Menko Perekonomian periode 2009-2014 ini menilai proyek Jembatan Selat Sunda sebenarnya sangar penting. Banyak hal yang bisa di-support oleh Jembatan Selat Sunda kepada Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang kini sedang dibangun pemerintah melalui PT Hutama Karya (Persero).

Lantas hal-hal apa saja yang dimaksud Hatta Rajasa? Tentu saja yang pertama kata dia adalah dalam hal transportasi, di mana jarak tempuh Pulau Jawa ke Sumatera menjadi semakin singkat.

Dan yang kedua, kata Hatta Rajasa, tentunya adalah imbas kepada kegiatan ekonomi di Pulau Sumatera yang tentunya sangat berguna bagi masyarakat sekitar. Ekonomi di Sumatera pun bakal bangkit jika kesemua proyek ini mampu saling mendukung.

"Jika jalan tol dan feeder-nya terbangun, kegiatan ekonomi utama di Sumatera mulai dari oil and gas, kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan, besi baja, wisata, semua akan bangkit dengan adanya jalan-jalan tol dan feeder-feeder menuju kepada kawasan yang menjadi perhatian investasi," kata ayah dari Aliya Rajasa ini dalam webinar HK Academy, Kamis 9 September.

Dengan begitu, menurut Hatta Rajasa, hal-hal tadi bakal berkontribusi signifikan terhadap PDB Indonesia. Nilainya pun bisa mencapai ribuan triliun.

"Kontribusi terhadap peningkatan PDB mencapai Rp900 triliun sampai Rp1.200 triliun dengan asumsi terjadi peningkatan investasi, baik infrastruktur maupun investasi lainnya di 8 komoditas andalan Sumatera. Jadi dengan adanya connectivity ini akan timbul multiplier effect yang dahsyat sekali. Bisa dikatakan yang tadinya Pulau Sumatera ini baru bangun masih menggeliat ini bisa lari dengan adanya jalan jalan tol ini," paparnya.

Yang ketiga, lanjut dia, pemerintah daerah dan swasta atau investor akan membangun feeder ke jalan tol untuk menggali potensi daerah. Dengan begitu, kegiatan logistik di Pulau Sumatera akan lebih lancar karena biaya logistik dapat ditekan.

Keempat, meningkatnya kunjungan wisatawan. Dan yang terakhir, kata Hatta Rajasa, akan tumbuh kawasan perekonomian baru dan pusat-pusat pemukiman baru yang lebih modern.

"Ini akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun potensi ini akan lebih optimal apabila Jembatan Selat Sunda dibangun," pungkas Hatta Rajasa.

BACA JUGA:


Sebagai informasi, Jembatan Selat Sunda sudah digagas sejak tahun 1960 oleh Profesor Sedyatmo dari ITB. Hingga pada tahun 1997 Presiden saat itu, Soeharto, bersama Wapres BJ Habibie memerintahkan guru besar dari ITB Wiratman Wangsadinata, agar melakukan riset teknologi jembatan ke Eropa.

Berdasarkan kajian, dibutuhkan antara lain 17 ribu ton baja serta 50 ribu tenaga kerja pengelas dengan biaya Rp 100 triliun. Namun pada akhirnya proyek Jembatan Selat Sunda mandek karena krisis ekonomi dan politik.

Hingga kemudian di tahun 2004, konglomerat Tomy Winata, pemilik grup usaha Artha Graha, menggandeng Wiratman. Pada tahun 2007, TW pun bersama Pemerintah Banten dan Lampung membentuk konsorsium PT Graha Banten Lampung Sejahtera yang mayoritas sahamnya dikuasai grup Artha Graha untuk melanjutkan proyek Jembatan Selat Sunda ini.

Berjalannya waktu sampai Presiden Joko Widodo menjabat tahun 2014, proyek Jembatan Selat Sunda ini kembali mandek. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian saat itu, Sofyan Djalil mengungkapkan pemerintah lebih memilih membangun infrastruktur lain, seperti penambahan dermaga, dan peningkatan kualitas kapal, yang dapat memudahkan konektivitas dari Jawa ke Sumatera, dibandingkan membangun megaproyek Jembatan Selat Sunda.

"Dari awal (JSS) ini sudah kontroversial. Tanpa dukungan dari pemerintah itu proyek enggak akan mungkin jalan," ujar Sofyan.