JAKARTA - Direktur Utama Hutama Karya, Budi Harto mengatakan sepanjang 2021 Hutama Karya berhasil menyelesaikan proyek strategis nasional (PSN) dan beberapa proyek infrastruktur jasa konstruksi lainnya. Meliputi bandara, jalan tol, hingga pembangkit listrik.
"Di awal tahun, tepatnya pada bulan Maret 2021 Hutama Karya berhasil mengoperasikan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Ruas Medan-Binjai seksi 1 (Tanjung Mulia-Marelan) sepanjang 4,2 Km dan JTTS Ruas Sigli-Banda Aceh seksi 3 (Jantho-Indrapuri) sepanjang 16 Km," katanya, di Jakarta, Jumat, 24 Desember.
Adapun dengan kata lain, hingga akhir tahun Hutama Karya telah membangun sepanjang 626 KM untuk Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Kemudian, Hutama Karya juga berhasil merampungkan Bandara Jenderal Besar (JB) Soedirman di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada Juni 2021.
Pada Juli tahun ini, terdapat proyek pekerjaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Parmonangan-2 di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Lalu, September 2021 Hutama Karya juga berhasil merampungkan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang merupakan proyek Joint Operation (JO) antara Hutama Karya bersama dengan WIKA dan Nindya Karya.
Di pertengahan tahun ini, kata Budi, perusahaan juga sudah menyelesaikan rumah sakit (RS) Mata Manado. Sementara, di akhir November Hutama Karya juga merampungkan proyek Bendungan Gongseng di Bojonegoro dan telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Budi mengatakan hingga akhir tahun 2021, Hutama Karya telah menargetkan penyelesaian beberapa ruas JTTS lainnya yakni JTTS Ruas Pekanbaru-Padang seksi Pekanbaru-Bangkinang sepanjang 31 Km, JTTS Ruas Binjai-Langsa segmen Binjai-Stabat sepanjang 12 Km dan JTTS Ruas Sigli-Banda Aceh seksi 2 sepanjang 6 Km.
Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa nilai kontrak konstruksi sepanjang 2021 mencapai Rp8,45 triliun. Nilai itu meliputi Kerjasama Operasional (KSO) sebesar Rp4,42 triliun dan Non-KSO sebesar Rp4,03 triliun.
Budi juga menjelaskan bahwa per September 2021 EBITDA perusahaan meningkat 36,7 persen, sedangkan ekuitas perusahaan tumbuh hingga 13,1 persen.
Diluar JTTS, lanjut Budi, di tahun ini perusahaan meraih sebanyak 22 kontrak baru yang terdiri dari 14 proyek infrastruktur jalan, jembatan, bendungan, dan lainya. Lima proyek gedung, dan tiga proyek EPC. Adapun hingga akhir tahun 2021 terdapat 70 proyek konstruksi yang masih on going yakni 18 proyek EPC, 12 proyek gedung, dan 40 proyek infrastruktur yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
BACA JUGA:
Beberapa proyek yang ditandatangani sepanjang 2021 meliputi proyek MRT CP 203 senilai Rp1,4 triliun, proyek ITDC Mandalika senilai Rp376 miliar, proyek Jembatan Kretek Bantul senilai Rp171 miliar, proyek Bendungan Ameroro Sulteng senilai Rp306 miliar.
"Proyek Dermaga Sanur senilai Rp205 miliar, proyek EPC Open Access RU VII Kasim milik Pertamina di Sorong, proyek LPG Jatim, proyek pembangunan gedung UPI di Bandung senilai Rp202 miliar, proyek Gedung Universitas Malikussaleh di Aceh senilai Rp137 miliar, proyek Gedung OJK senilai Rp133 miliar, serta proyek Masjid Jawa Barat senilai Rp223 miliar," tuturnya.
Kemudian, lanjut Budi, untuk proyek yang masih berjalan beberapa di antaranya Runway Bandara Internasional Lombok, Bendungan Way Apu, Simpang Susun Romokalisari di Jalan Tol Surabaya-Gresik, konstruksi pada Tol Serbelawan-Siantar senilai Rp2,2 Triliun.
Lalu, ada Apartemen Aspena Pluit Sea View, Integrated Building Soekarno Hatta, Gedung Politeknik STAN, PLTU Suralaya, hingga Lawe Lawe Facilities RDMP RU V.