Sri Mulyani Senang GDP RI Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi: Malaysia, Singapura Belum Mampu
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan jika upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah pasca tekanan pandemi COVID-19 kini telah membuahkan hasil. Menurut Menkeu, hal tersebut bisa dilihat dari bukuan produk domestik bruto (gross domestic product/GDP) pada akhir kuartal II 2021.

Dalam catatannya, GDP riil Indonesia hingga paruh pertama tahun ini sudah mencapai Rp2.773 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama 2019 yang sebesar Rp2.735 triliun. Artinya, sambung Menkeu, capaian ini lebih tinggi bahkan dari sebelum krisis.

“Apakah dengan kontraksi suatu ekonomi akan dijamin untuk rebound? Ternyata tidak. Kita lihat negara-negara sekitar kita, Malaysia Filipina Thailand dan Singapura bahkan dengan berbagai upaya mereka GDP pada kuartal kedua mereka tahun ini belum mampu melewati kondisi precovid level,” ujarnya dalam keterangan pers seperti yang dikutip pada Rabu, 1 September 2021.

Menkeu menambahkan, langkah pemulihan bisa dicapai dengan baik dalam apabila penanganan COVID-19 dilakukan dengan disiplin. Selain itu, dia juga mengungkapkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, tentu menjadi bekal yang baik untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan ke depan.

“Ekonomi Indonesia pada semester I sudah masuk di dalam zona tren positif, sudah melewati masa resesi. Tetapi ingat, ini masih sangat ditentukan oleh kemampuan kita dalam mengendalikan COVID-19. Seperti yang terlihat munculnya varian baru bisa menyebabkan momentum pemulihan menjadi terdisrupsi,” tuturnya.

Seperti yang diketahui, pandemi COVID-19 telah mempengaruhi perekonomian secara masif hampir di semua sektor.

Tahun lalu seluruh dunia menghadapi penurunan ekonomi dan menyebabkan kontraksi yang sangat dalam karena hampir semua negara melakukan pembatasan mobilitas secara ketat. Bahkan, banyak negara yang menerapkan lockdown yang memberikan konsekuensi pada perekonomian yang langsung merosot sangat tajam.

“Dunia pada tahun lalu mengalami kontraksi minus 3,2 persen dari sisi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, pemerintah akan tetap menjalankan memberikan berbagai upaya stimulus maupun countercyclical policy yang diharapkan dapat menekan ketidakpastian sehingga momentum pemulihan ekonomi dapat terus dijaga,” tutup Menkeu Sri Mulyani.