Pengiriman Kargo ke Luar Negeri seperti China Jadi Andalan Garuda Indonesia Raup Pendapatan
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang dilanda masalah utang yang sangat besar. Kondisi ini diperburuk dengan lesunya bisnis penerbangan imbas pandemi COVID-19 dan pembatasan kegiatan masyarakat. Untuk bisa bertahan di masa sulit ini, Garuda Indonesia mengandalkan bisnis kargo.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya akan fokus menggarap pendapatan dari bisnis kargo. Menurut dia, bisnis kargo Garuda terus menunjukkan peningkatan.

"Kita akan sangat fokus ke kargo dan prospeknya sangat baik, kita terus-menerus menyaksikan peningkatan jumlah kargo per penerbangan," katanya dalam video conference pasca RUPST, Jumat, 13 Agustus.

Apalagi, kata Irfan, penerbangan internasional dengan beberapa negara tujuan justru diisi lebih banyak kargo dibanding dengan penerbangan penumpang. Bahkan, rata-rata pesawat-pesawat besar milik Garuda yang terbang ke luar negeri terisi di atas 25 ton kargo setiap penerbangan.

"Alhamdulillah beberapa penerbangan internasional kita baik itu ke negara China atau negara-negara lain saat ini diisi cukup banyak oleh kargo dengan jumlah yang sangat fenomenal," katanya.

Irfan mengatakan pihaknya terus monitor perkembangan rute-rute Garuda dari waktu ke waktu. Tujuannya untuk memastikan bahwa rute yang diterbangkan memiliki keuntungan.

"Saya secara pribadi ingin memastikan bahwa semua rute-rute yang kita terbangkan itu rute-rute yang profitable itu akan berbasis dari kargo saat ini karena kita tentu saja belum bisa mengharapkan isian penumpang yang maksimal," jelasnya.

Sebelumnya, Irfan mengatakan, secara konsisten perusahaannya berhasil mencatatkan pertumbuhan angkutan kargo yang semakin menjanjikan. Hingga bulan Mei 2021 lalu, Garuda Indonesia Group berhasil membukukan pertumbuhan angkutan kargo hingga 35 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu.

Lebih lanjut, kata Irfan, konsistensi tersebut sejalan dengan kinerja bisnis kargo pada akhir tahun 2020 lalu di mana perusahaan berhasil mencatatkan angkutan trafik kargo udara yang menyentuh level 99 persen dari performa angkutan kargo pada periode sebelum pandemi.

"Dengan tren pertumbuhan positif tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan utilisasi armada bagi perluasan jaringan penerbangan kargo guna menunjang aktivitas direct call komoditas ekspor unggulan dan UMKM dari berbagai wilayah Indonesia. Salah satunya melalui pengoperasian dua armada passenger freighter yang kini melayani sejumlah penerbangan kargo domestik maupun internasional," katanya dalam keterangan resminya, Jumat, 16 Juli.

Tidak dapat dipungkiri, kata Irfan, situasi pandemi mendorong terjadinya shifting behaviour pada tren bisnis industri penerbangan, dimana kini lini bisnis kargo menjadi salah satu tumpuan utama pendapatan usaha Garuda Indonesia, di tengah penurunan trafik angkutan penumpang yang terjadi imbas kondisi pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu.

"Melalui penyampaian laporan keuangan tahun buku 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,4 miliar dolar yang ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,2 miliar miliar, pendapatan penerbangan tidak berjadwal 77 juta dolar, dan lini pendapatan lainnya sebesar 214 juta dolar," ucapnya.

Lebih lanjut, Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan beban operasional penerbangan sebesar 35,13 persen menjadi 1,6 miliar dolar dibandingkan tahun 2019 lalu yang sebesar 2,5 miliar dolar.

Kata Irfan, hal tersebut turut ditunjang oleh langkah strategis efisiensi biaya, yang salah satunya melalui upaya renegosiasi sewa pesawat maupun efisiensi biaya operasional penunjang lainnya yang saat ini terus dioptimalkan oleh Perusahaan.

"Melalui upaya tersebut, saat ini Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan beban biaya operasional hingga 15 juta dolar per bulannya," tuturnya.

Terkait