JAKARTA - Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia terus berupaya untuk mempercepat pemulihan kinerja perusahaan di tengah kondisi pandemi COVID-19 dengan memaksimalkan pangsa pasar angkut logistik. Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan langkah percepatan tersebut sejalan dengan momentum pertumbuhan sektor ekspor nasional.
Irfan mengatakan hal tersebut juga sejalan dengan proyeksi pertumbuhan sektor ekspor nasional yang diperkirakan akan terus meningkat, menyusul laporan Badan Pusat Statistik yang mencatatkan konsistensi peningkatan trafik ekspor Indonesia pada bulan Juni 2021 lalu dengan keberhasilan angka pertumbuhan hingga 54,46 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Berbagai langkah upaya perbaikan kinerja usaha terus kami lakukan secara berkelanjutan. Tren pertumbuhan sektor ekspor nasional menjadi momentum penting bagi upaya optimalisasi lini bisnis penunjang yang dijalankan perusahaan di tengah tekanan kinerja usaha imbas pandemi COVID-19, terutama melalui bisnis kargo dan charter," katanya dalam keterangan resminya, Jumat, 16 Juli.
Secara konsisten, kata Irfan, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan angkutan kargo yang semakin menjanjikan. Hingga bulan Mei 2021 lalu, Garuda Indonesia Group berhasil membukukan pertumbuhan angkutan kargo hingga 35 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu.
Lebih lanjut, kata Irfan, konsistensi tersebut sejalan dengan kinerja bisnis kargo pada akhir tahun 2020 lalu di mana perusahaan berhasil mencatatkan angkutan trafik kargo udara yang menyentuh level 99 persen dari performa angkutan kargo pada periode sebelum pandemi.
"Dengan tren pertumbuhan positif tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan utilisasi armada bagi perluasan jaringan penerbangan kargo guna menunjang aktivitas direct call komoditas ekspor unggulan dan UMKM dari berbagai wilayah Indonesia. Salah satunya melalui pengoperasian dua armada passenger freighter yang kini melayani sejumlah penerbangan kargo domestik maupun internasional," katanya.
Tidak dapat dipungkiri, kata Irfan, situasi pandemi mendorong terjadinya shifting behaviour pada tren bisnis industri penerbangan, dimana kini lini bisnis kargo menjadi salah satu tumpuan utama pendapatan usaha Garuda Indonesia, di tengah penurunan trafik angkutan penumpang yang terjadi imbas kondisi pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu.
BACA JUGA:
"Melalui penyampaian laporan keuangan tahun buku 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,4 miliar dolar yang ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,2 miliar miliar, pendapatan penerbangan tidak berjadwal 77 juta dolar, dan lini pendapatan lainnya sebesar 214 juta dolar," ucapnya.
Lebih lanjut, Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan beban operasional penerbangan sebesar 35,13 persen menjadi 1,6 miliar dolar dibandingkan tahun 2019 lalu yang sebesar 2,5 miliar dolar. Hal tersebut turut ditunjang oleh langkah strategis efisiensi biaya, yang salah satunya melalui upaya renegosiasi sewa pesawat maupun efisiensi biaya operasional penunjang lainnya yang saat ini terus dioptimalkan oleh Perusahaan.
"Melalui upaya tersebut, saat ini Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan beban biaya operasional hingga 15 juta dolar per bulannya," tuturnya.
Sementara itu, kata Irfan, menyikapi catatan disclaimer (opini tidak memberikan pendapat) Laporan Keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2020, pada prinsipnya perusahaan tentu menghargai independensi auditor yang mencatatkan keterangan tersebut dalam pembukuan laporan kinerja keuangan sepanjang tahun 2020.
"Catatan disclaimer itu diberikan dengan pertimbangan aspek keberlangsungan usaha yang menjadi perhatian auditor di tengah upaya restrukturisasi yang dijalankan perusahaan sebagai langkah pemulihan kinerja," jelasnya.