Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus memacu daya saing Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah agar lebih terintegrasi sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para investor. Saat ini, KIK sudah memiliki tenant (penyewa) sebanyak 66 perusahaan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan KIK sebagai salah satu klaster terintegrasi yang dapat menjadi contoh terhadap pengembangan kawasan industri lainnya di Indonesia.

Karena itu, kata Agus, pengembangan KIK akan terus diakselerasi menjadi kawasan industri padat karya berorientasi ekspor. Hal ini diyakini dapat mempercepat upaya pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi COVID-19.

"Kami mengapresiasi KIK saat ini sudah memiliki 66 tenant dengan capaian investasi sebesar Rp19,2 triliun. Investasi ini tentunya memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian, di antaranya penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja," tuturnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 9 Juni.

Negara asal investor KIK

Menurut Agus, sebanyak 49 persen investor tersebut berasal dari Indonesia, kemudian 40 persen didominasi dari China, Taiwan, dan sisanya dari Singapura, Hongkong, Korea Selatan, serta Malaysia.

"Pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.200 hektare untuk menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, kota fesyen, dan permukiman," katanya.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan KIK merupakan wujud nyata kerja sama antara Indonesia dan Singapura, yang dibangun oleh PT Jababeka Tbk dengan Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd., anak perusahaan Sembawang Development Ltd. asal Singapura.

Sekadar informasi, beroperasinya KIK diresmikan langsung Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada November 2016 lalu.