Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar dolar AS kembali naik dan menunjukkan penguatan yang cukup signifikan pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu dini hari. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,23 persen pada 90,0185.

Melansir Reuters, Sabtu, 22 Mei, pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,2180 dolar AS. Sedangkan poundsterling Inggris turun menjadi 1,4154, disusul dolar Australia turun dikisaran 0,7732.

Dolar AS telah mengembalikan sebagian besar kekuatannya setelah kebijakan baru moneter The Fed pada April lalu. Termasuk dengan pengurangan stimulus untuk meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS.

"Kekhawatiran tapering telah memudar agak cepat, tampaknya," Shaun Osborne, kepala strategi mata uang di Scotiabank, mengatakan dalam sebuah catatan.

Mata uang AS menemukan beberapa dukungan setelah data menunjukkan aktivitas pabrik AS semakin cepat pada awal Mei di tengah permintaan domestik yang kuat.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,222 persen pada 89,993. Indeks, yang mencapai level terendah empat bulan di awal sesi, berada pada kecepatan penurunan 0,4 persen untuk minggu ini.

Beberapa ahli strategi tetap ragu Fed akan segera menarik diri dari sikap akomodatifnya. "Kami terus memperkirakan dolar AS tetap lemah sementara imbal hasil (obligasi) AS tetap terkendali," kata Osborne.

Di sisi lain, nilai tukar cryptocurrency seperti bitcoin merosot cukup tajam. Terlebih setelah China menggandakan upayanya untuk mencegah risiko spekulatif dan keuangan dengan menindak penambangan dan perdagangan mata uang kripto secara besar-besaran.

Bitcoin diperdagangkan merosot 11,5 persen menjadi 35.952,05 dolar AS dan Ether anjlok 14,3 persen.