JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Ambassador Kamala S. Lakhdhir. Keduanya membahas perkembangan ekonomi global.
Adapun pertemuan Erick Thohir dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Ambassador Kamala S. Lakhdhir berlangsung di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 15 Februari.
Selain membahas perkembangan ekonomi global. Dalam pertemuan tersebut, sambung Erick, juga dibahas mengenai peluang kerja sama antara Indonesia dengan AS.
“Hari ini saya di Kementerian BUMN kedatangan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Ambassador Kamala S. Lakhdhir. Kami berdiskusi mengenai perkembangan ekonomi global dan kami terbuka untuk peluang kerja sama antara kedua negara,” tulis Erick dikutip dari Instagram @erickthohir, Jumat, 14 Februari.
Erick bilang peluang kerja sama tersebut dapat mencakup berbagai sektor untuk mendukung supply chain atau rantai pasok dunia.
“BUMN siap berkolaborasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan bisa memberikan keuntungan untuk kedua negara,” tulis Erick.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta maskapai pelat merah untuk menjajaki pengadaan pesawat dengan produsen pesawat asal AS, Boeing. Rencana ini, berangkat dari Indonesia yang kekurangan armada pesawat.
Adapun maskapai pelat merah yang dimaksud adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia, dan PT Pelita Air Service.
Erick bilang idealnya pesawat di Indonesia berada di angka 700 unit. Namun, setelah pandemi COVID-19 jumlah pesawat di Indonesia mengalami penurunan hingga tersisa sekitar 390 armada.
Kondisi tersebut juga disampaikan Erick Thohir secara langsung kepada pihak Boeing saat pertemuan bilateral dengan Asian American Chamber of Commerce hari ini di Kantor Kementerian BUMN.
“Kita mendorong kerja sama ini. Bahkan salah satunya kita terbuka menambah jumlah pesawat terbang melalui Boeing. Tapi bagaimana roadmap pengadaannya lalu leasing-nya dan macam-macamnya,” katanya dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 5 Desember.
BACA JUGA:
Terkait dengan pengadaan armada pesawat ini, Erick mengaku akan berdiskusi dengan bank ekspor impor AS, Exim Bank maupun dengan pihak lessor pesawat.
Namun, belum ada kepastian kapan jumlah armada maupun nilai pengadaannya yang disepakati antara maskapai BUMN dengan Boeing. Sebab, hal ini menyesuaikan peta jalan dari masing-masing maskapai dan produsen.
“Saya tawarkan bagaimana misalnya Exim Bank-nya, leasing company-nya bisa bernegosiasi langsung dengan Garuda, Citilink, dan Pelita. Tetapi sesuai dengan roadmap masing-masing maskapai, itu yang kita lakukan,” tuturnya.