Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Indonesia bisa memproduksi alumina sendiri tahun ini. Dengan begitu, Indonesia dapat menekan impor alumina dalam jumlah besar.

Hal tersebut karena Indonesia memiliki pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit menjadi alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase pertama, Mempawah, Kalimantan Barat.

“Bauksi yang sekarang sudah, nanti mudah-mudahan Maret ini di Kalimantan Barat, kita sudah bisa mulai produksi alumina sendiri. Yang dulunya kita impor sampai 1,2 juta ton, sekarang kita sudah bisa produksi 1 juta,” kata Erick saat menjadi pembicara dalam acara MINDialogue di The Energy Building, Jakarta, Kamis, 9 Januari.

Dengan beroperasinya smelter tersebut, menurut Erick, Indonesia bisa menghemat biaya impor sebanyak 300 juta dolar AS atau setara Rp4,8 triliun (kurs Rp16.195 per dolar AS).

“Jadi mungkin tinggal 200.000 ton impornya. Itu mungkin saving 300 juta dolar AS,” ucapnya.

Di samping itu, Erick mengatakan dalam hal hilirisasi, smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, juga dapat memproduksi bahan baku semikonduktor.

“Kadang-kadang kita bangganya kok smelter terbesar di dunia itu aja terus highlight-nya itu. Tapi bukan turunan detailnya. Sedangkan di Freeport itu yang menarik menggelitik ya, itu sebenarnya ada bahan baku untuk selenium, untuk yang namanya chip,” tuturnya.