Bagikan:

JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah masih berada di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) menjelang hari Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Perdagangan yang menurun menjelang Natal dan tahun baru mungkin bisa menyebabkan rupiah bergerak konsolidasi. Tren rupiah kemungkinan masih di atas Rp16.000, kecuali ada perubahan sentimen,” ujar Ariston Tjendra dilansir ANTARA, Senin, 23 Desember.

Menurut Ariston, pasar saat ini masih mengantisipasi kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump tahun depan.

Kemudian, faktor lainnya juga mencakup konflik perang di berbagai belahan dunia yang berkepanjangan, dan potensi pemangkasan suku bunga acuan AS tertahan.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat 25 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.222 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada perdagangan hari ini turut menguat ke level Rp16.159 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.270 per dolar AS.

Dia mengungkapkan, kenaikan kurs rupiah dipengaruhi data inflasi Indeks Harga Belanja Personal atau Personal Consumption Expenditure (PCE) AS pada bulan November 2024 yakni 0,1 persen month to month (MoM), di bawah kenaikan bulan sebelumnya yang sebesar 0,3 persen.

Pada pagi ini, indeks dolar AS juga menurun jadi 107,80, di bawah pergerakan Jumat 20 Desember 2024 pagi yang sebesar 108,49.

Penurunan indeks dolar AS ini terjadi setelah penurunan data indikator inflasi AS yang dirilis di Jumat 20 Desember 2024.

“Reaksi dolar AS terhadap hasil data inflasi AS ini bisa berdampak pada penguatan rupiah hari ini,” ungkap Ariston.