Bagikan:

MEDAN - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara (Gapkindo Sumut) menyatakan volume ekspor karet wilayah ini kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan mencatatkan sebanyak 26.042 ton pada September 2024.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menjelaskan volume ekspor karet tersebut meningkat jika dibandingkan bulan Agustus 2024 yang tercatat hanya 22.522 ton.

"Volume ekspor karet meningkat 15.6 persen secara month-over-month (mom) jika dibandingkan pada bulan Agustus 2024," ujar Edy Irwansyah dalam keterangan resmi yang diterima, di Medan, Sabtu.

Dia menjelaskan peningkatan volume ekspor karet itu, juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan September 2023 atau secara (year-on-year/yoy) yang hanya mencatatkan sebesar 24.580 ton atau naik 5,9 persen.

"Meski terdapat perbaikan yang terlihat signifikan, kinerja ekspor ini masih jauh dari kondisi normal bulanan yang dapat mencapai 42.000 ton," kata dia lagi.

Menurut dia, peningkatan volume ekspor karet tersebut dikarenakan permintaan meningkat dari sektor manufaktur terutama pabrik ban di Amerika Serikat (AS).

Dia membeberkan bahwa AS merupakan negara tujuan ekspor tersebar dengan kontribusi mencapai 28.16 persen dari total volume.

"Negara-negara lain seperti Jepang 23.77 persen, India 9.98 persen, brazil 8.44 persen , dan China 8.36 persen juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung peningkatan ekspor," ujar dia lagi.

Selain itu, Edy Irwansyah melanjutkan ekspor ke kawasan Eropa juga menunjukkan kinerja yang positif dengan pengapalan menuju 11 negara seperti Jerman, Italia, dan Prancis menyumbang 10.14 persen dari total volume ekspor bulan September 2024

Sedangkan di Indonesia, kata dia lagi, pasokan dari kebun karet di Sumut pada bulan Oktober ini cenderung stabil. Petani mulai kembali aktif menderes pohon karet mereka yang sebelumnya sempat ditinggalkan, seiring dengan perbaikan harga karet yang terus meningkat.

Harga rata-rata SICOM-TSR20 pada bulan September tercatat sebesar 189.56 sen AS per kilogram, dan harga terus menguat hingga 196.1 sen AS per kg pada penutupan tanggal 24 Oktober.

"Dengan peningkatan permintaan dari pasar internasional dan stabilitas produksi dalam negeri, industri karet alam Indonesia diharapkan mampu mempertahankan momentum positif meskipun tantangan dari sisi pasokan tetap menjadi perhatian utama," kata dia lagi.

Edy mengatakan bahwa para pelaku industri terus berupaya untuk memastikan kelangsungan pasokan, terutama dalam mengantisipasi dampak cuaca yang mempengaruhi produksi karet.

"Prospek peningkatan pasokan karet alam hingga akhir tahun diperkirakan akan menghadapi tantangan berat, terutama karena faktor cuaca yang tidak menentu yang dapat mengganggu produksi di beberapa daerah penghasil," ujarnya pula.