Bagikan:

JAKARTA - Biaya logistik Indonesia masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah. Sebab, biaya logistik Indonesia masing sangat tinggi. Bahkan, disebut-sebut menjadi yang termahal di ASEAN.

Menanggapi hal ini, Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika mengatakan jika membahas mahalnya biaya logistik dan membandingkannya dengan negara lain, perlu dilihat dari berbagai aspek.

Menurut Mona, Indonesia berbeda dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Dia bilang pelabuhan di Singapura merupakan pelabuhan transhipment. Dimana kapal-kapal hanya mampir untuk bongkar muat.

“Pelabuhan Singapura itu transhipment. Artinya apa? Mereka mampir, bongkar muat dipindah ke kapal kecil. Kemudian, pergi lagi,” katanya dalam acara Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas bertajuk Smart Supply Chain: Digitalisasi Sistem Logistik Indonesia, di Sarinah, Jakarta, Rabu, 2 Oktober.

Sementara, sambung Mona, pelabuhan di Indonesia merupakan gateway. Dimana pelabuhan tersebut melayani bongkar muat barang-barangnya yang berasal dari industri.

“Kita negara kepulauan. Kita sebagai eksportir importir. Jadi barang itu langsung dikirim kepada pengguna barang atau pengirim barang,” jelasnya.

Karena itu, menurut Mona, untuk membandingkan biaya logistik Indonesia dengan negara-negara lain perlu hati-hati dan juga perlu dilihat dari berbagai aspek.

“Kalau di Singapura ibarat mampir, kalau kita mau membandingkan dari sisi biaya logistik ini kita harus hati-hati," ujarnya.

Pelindo, sambung Mona, turut berkontribusi dalam penurunan port stay atau waktu parkir kapal-kapal di pelabuhan-pelabuhan.

Menurut Mona, percepatan waktu parkir kapal ini memberikan dampak ganda.

Misalnya, kata Mona, Pelindo berhasil memangkas waktu parkir kapal di Pelabuhan Sorong yang sebelumnya tiga hari menjadi satu hari.

“Bayangkan misalnya satu kapal itu chartered-nya atau biaya sewanya misalnya kita analogikan satu kapal itu ada di angka Rp2 miliar per hari. Bayangkan kita mengurangi dari tiga hari menjadi satu hari, seberapa besar efisiensi yang bisa dilakukan itu dari sisi pengguna jasa,” tuturnya.