Bagikan:

JAKARTA - ASEAN Economist United Overseas Bank Limited (UOB) Enrico Tanuwidjaja memproyeksikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan berada di level batas atas 3,25 persen pada awal tahun 2026 mendatang.

Dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada September 2024, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) menjadi kisaran 4,75 sampai 5,00 persen.

Enrico merincikan, The Fed pada akhir tahun ini masih akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebanyak dua kali dengan masing- masing penurunan sebesar 25 bps.

“Ambang batas atas akan turun menjadi 4,5 persen (akhir 2024),” ujar Enrico dalam UOB Economic Outlook 2025 “Ushering a New Dawn for Remarkable Indonesia” di Hotel Kempinski, Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 25 September.

Pada tahun depan 2025, dia melanjutkan, The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya secara akumulatif sebesar 100 bps dari sebesar 4,5 persen pada akhir 2024 menjadi sebesar 3,5 persen pada akhir tahun 2025.

“Tahun depan 100 bps kumulatif dari 4,5 persen menjadi 3,5 persen,” ujar Enrico.

Di sisi lain, Ia tetap mengingatkan adanya risiko terjadinya resesi perekonomian di Negeri Paman Sam, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2001, 2008 dan sebelum pandemi COVID-19.

“Kali ini penurunan akan sedikit interesting. Bisa jadi dia turun, berhenti sejenak, lalu turun lagi, kalau ekonomi memang dibutuhkan. Tetapi, kalau masih strong, dia akan cut dan mungkin dia harus naik lagi. Mungkin yang kedua ini berkenaan dengan risiko fiskal AS,” ujar Enrico.

Sementara itu, untuk suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), Ia memproyeksikan akan ada penurunan satu kali lagi pada kuartal IV tahun ini.

“Untuk BI rate, kita berpandangan cut yang sudah dimulai bulan ini masih akan berlanjut. Mungkin satu kali lagi di kuartal IV, bisa jadi lebih,” ujar Enrico.

Menurutnya, BI telah melakukan langkah pre-emptive dengan menurunkan tingkat suku bunga acuannya terlebih dahulu sebesar 25 bps dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan September ini.

“BI udah curi start untuk menstimulisasi moneter, supaya ekonomi kita when the trantition come (transisi pemerintahan) sektor ekonomi mau bekeliat,” ujar Enrico.