Bagikan:

JAKARTA - Senior Economist DBS Bank Radhika Rao memperkirakan inflasi Indonesia akan kembali ke bawah 4 persen secara tahunan pada semester II 2023.

“Untuk inflasi, kami memperkirakan inflasi akan kembali ke bawah 4 persen pada paruh kedua tahun ini, artinya kembali kepada target di paruh kedua 2023,: kata Radhika dalam diskusi dengan media di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 29 Maret.

Ia menyebut inflasi mulai kembali ke target pemerintah dan Bank Indonesia yang sebesar 3 persen plus minus 1 persen karena harga komoditas secara global sudah mengalami penurunan.

Penurunan tingkat inflasi tersebut pun diperkirakan akan memberikan Bank Indonesia ruang untuk menahan tingkat suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 5,75 persen sampai akhir tahun.

“Bank Indonesia sudah menahan laju peningkatan suku bunga acuan sejak Februari 2023. Kami kira mereka akan tetap menahan laju peningkatan suku bunga acuan sampai akhir 2023,” katanya.

Di samping inflasi yang terkendali, BI akan menahan suku bunga acuan seiring dengan bank sentral AS The Fed yang diproyeksikan hanya akan menaikkan suku bunga acuan sekali lagi sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2023.

Kenaikan itu nantinya menjadikan suku bunga acuan Fed Fund Rate berada di level terminal rate-nya sebesar 5,25 persen.

Penurunan agresivitas The Fed, menurutnya, disebabkan oleh tingkat inflasi AS yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun inflasi di AS masih cukup tinggi dibandingkan pada 2018-2019 karena tingkat penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah yang masih tinggi.

“Perkembangan suku bunga acuan The Fed juga akan bergantung pada tekanan sektor perbankan dengan risiko sistemik baru yang membuat The Fed akan lebih skeptis terhadap kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut,” katanya.