JAKARTA - Kepala Pusat Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyatakan diumumkannya aktivitas Sesar Garut Selatan (Garsela) sebagai pemicu gempa merusak di Jawa Barat beberapa hari lalu sudah berdasarkan hasil analisis data.
“Gempa Kabupaten Bandung dan Garut 5,0 magnitudo tak terbantahkan lagi dipicu aktivitas Sesar Garsela,” kata dia dalam pesan singkatnya di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu 21 September.
Dia menjabarkan, hal meyakinkan itu diketahui setelah pihaknya kembali melakukan analisis ulang dengan menggunakan data gempa susulan yang lebih banyak, dilakukan relokasi hiposenter dan analisis mekanisme sumber.
Sesar Garsela merupakan zona deformasi yang terdiri atas banyak sesar, maka sebaran episentrum gempa di zona ini sangat luas, seperti yang telah diekspose pada peta seismik BMKG sebelumnya.
"Mekanisme sumber gempa ini memiliki orientasi sesar yang berarah timur laut - barat daya, sesuai dengan jalur Sesar Garsela," ujarnya.
BMKG mengklasifikasikan gempa dengan kekuatan 5,0 magnitudo yang mengakibatkan ratusan rumah rusak dan puluhan orang luka-luka, pada Rabu (18/9) itu tercatat sebagai gempa terbesar saat ini yang dipicu oleh aktivitas Sesar Garsela.
Berdasarkan sebaran gempa susulan, gempa ini dikategorikan sebagai gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan mekanisme sumber sesar geser mengiri (sinistral strike-slip).
SEE ALSO:
Sesar Garsela sebelumnya juga memicu gempa bermagnitudo 4,2 pada 6 November 2016, dan gempa bermagnitudo 3,9 pada 18 Juli 2017. Kedua gempa tersebut menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan di Pangalengan dan Kamojang.
Atau di sisi lain, Daryono menyebutkan, karena saat ini yang terpetakan baru Segmen Rakutai dan Segmen Kencana, bisa jadi gempa 5,0 magnitudo tersebut juga dapat dikenali sebagai segmen baru di zona Sesar Garsela, sehingga sebagian ahli menilai dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi terbaru dalam rangka menguatkan upaya mitigasi dampak yang ditimbulkan oleh gempa di kemudian hari.