Bagikan:

JAKARTA - Munculnya inovasi susu ikan belakangan ini menjadi topik perbincangan di media sosial. Apalagi, susu ikan ini digadang-gadang menjadi alternatif susu hewani dalam program Makan Bergizi Gratis presiden terpilih Prabowo Subianto.

Lalu, bagaimana asal usul susu ikan ini?

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengungkapkan susu ikan yang jadi alternatif untuk program makan bergizi gratis tersebut sudah diteliti sejak 2017 silam.

Budi mengatakan para peneliti termasuk Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN akhirnya berhasil menemukan hidrolisat protein ikan (HPI), sebuah ekstrak protein ikan yang menjadi dasar pengembangan lebih lanjut.

“Itu tahun 2017 teman-teman para peneliti, salah satunya Ibu Ekowati Chasanah (peneliti BRIN) itu telah berhasil menemukan HPI yang menjadi ekstrak protein ikan,” katanya dalam media briefing di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, ditulis Rabu, 18 September.

Budi menjelaskan penemuan HPI ini menjadi langkah awal dari upaya memanfaatkan protein ikan secara lebih luas dalam berbagai produk pangan. Kemudian penelitian mengenai HPI terus berlanjut, hingga pada 2021 tim peneliti berhasil mengembangkan HPI menjadi produk susu ikan.

Pada 2023, sambung Budi, susu ikan pun secara resmi diperkenalkan atau diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan bersama Menteri Koperasi dan UKM.

“Teman-teman di tahun 2021 sudah berhasil menemukan atau mensajikan dari HPI ini menjadi susu ikan. Dan tahun 2023, susu ikan ini telah dikenalkan atau dilaunching,” ucapnya.

Susu Ikan Tidak Bisa Gantikan Susu Sapi

Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Ekowati Chasanah mengatakan bahwa susu ikan yang merupakan turunan dari hidrolisat protein ikan (HPI) tidak dapat menggantikan protein dari susu sapi.

“HPI sebetulnya tidak dimaksudkan untuk mengganti susu sapi. Ini saya membicarakan hidrolisat yang ini merupakan bahan baku yang disebut susu ikan tadi. Tidak bermaksud menggantikan 100 persen. Karena hanya sekian persen,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ekowati menjelaskan bahwa susu ikan hanya bisa dijadikan sebagai alternatif tambahan yang menawarkan manfaat gizi dan protein.

“HPI berfungsi sebagai alternatif atau tambahan yang menawarkan manfaat gizi khusus dari protein ikan,” katanya.

Ekowati mengatakan HPI cocok dikonsumsi untuk masyarakat yang sedang dalam masa penyembuhan. Termasuk juga untuk masyarakat yang intoleransi terhadap laktosa.

“Jadi HPI ya, melengkapi. Kalau untuk tadi selain stunting, terbukti itu juga untuk orang-orang yang lagi sakit, itu sangat disarankan karena tadi diserap dengan cepat. Kemudian juga untuk yang laktus intoleran, ini karena kan tidak ada laktusnya,” ucapnya.

Meski begitu, Ekowati tidak menampik bahwa kalsium dalam susu ikan jumlahnya tidak setara dengan susu sapi. Untuk ikan, dia bilang, memang yang paling bagus memakannya secara langsung. Namun, pengelolah ikan yang tidak tepat justru akan menghilangkan kandungan gizi dan protein yang terkandung di dalamnya.

“Kenapa tidak makan ikan saja? Masalahnya, ikan itu kan mudah rusak dibanding protein tinggi lain. Kemudian kalau pengolahannya tidak tepat misalnya digoreng dengan panas tinggi, itu beberapa asam amino yang kita harapkan memasok yang dibutuhkan tubuh itu rusak. Jadi efek pengolahan sangat penting untuk mempertahankan zat besinya,” jelasnya.