Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan, asupan protein per kapita Indonesia masih berada jauh dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia Vietnam, Myanmar hingga Thailand.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengatakan, beberapa negara Asia seperti Vietnam dan Malaysia, tingkat asupan proteinnya cukup tinggi yakni 94,4 gram untuk Vietnam dan 89,1 gram untuk Malaysia.

Sementara itu, sambung Budi, Jepang dan Korea Selatan memiliki asupan protein masing-masing sebesar 82,9 dan 78,5 gram per kapita per hari. Di kawasan Asia Tenggara, Myanmar mencatat konsumsi 78,3 gram per kapita, sedangkan Filipina 73,1 gram, Thailand 66,5 gram, dan Kamboja 63,6 gram.

Berdasarkan data, sambung Budi, China memimpin dengan tingkat konsumsi protein harian sebesar 121,7 gram per kapita per hari. Amerika Serikat dan Norwegia menyusul dengan masing-masing 109,6 dan 101,2 gram per kapita per hari.

“Asupan protein masyarakat Indonesia pada saat ini berdasarkan data BPS 2023 baru tercatat 62,3 gram per kapita per hari,” katanya dalam media briefing di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa, 17 September.

Budi menjelaskan Indonesia sendiri memiliki sumber protein yang melimpah, khususnya dari ikan. Karena itu, Budi menekankan pentingnya memperbaiki dan memperkuat tata kelola sumber daya ikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber protein.

Menurut Budi, asupan protein yang cukup untuk generasi muda Indonesia ini juga selaras dengan target pemerintah untuk mencapai Indonesia Emas 2045 mendatang.

Sebab, cita-cita menjadikan RI negara maju perlu didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

“Ketika kita bicara generasi emas, maka benchmarking ukurannya apa? Kami mengusulkan salah satunya adalah asupan protein masyarakat, di mana asupan protein masyarakat berbasis ikan itu memiliki satu kandungan yang tidak kecil nilainya, yang sangat penting untuk pertumbuhan otak itu adalah omega3, DHA dan MBA,” jelasnya.

Karena itu, dia menilai, pengenalan produk seperti susu ikan dan protein ikan adalah upaya untuk memberikan pilihan baru bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan protein.

Lebih lanjut, Budi mengatakan, masyarakat dapat mengonsumsi ikan dalam bentuk segar atau beku, yang bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan untuk anak-anak dan generasi mendatang.

Contohnya, sambung Budi, diolah menjadi produk sosis, bakso ikan, dan camilan berbasis ikan dengan standar kandungan ikan minimal 30 persen.

“Berikutnya pilihan ketiga itu adalah fortifikasi, memanfaatkan hasil teknologi ekstrak protein ikan HPI. Salah satu produk yang sudah dikenal sekarang adalah susu ikan,” katanya.