Bagikan:

JAKARTA - PT PLN (Persero) menyiapkan sejumlah strategi untuk mendukung tercapainya net zero emission (NZE) di tahun 2060. Setidaknya, ada delapan langkah yang dilakukan PLN untuk mencapai target tersebut.

“Salah satu inisiatif kami adalah memerangi net zero emission ini,” ujar Direktur Manajemen Risiko PLN Suroso Isnandar, di Sarinah, Jakarta, Selasa, 17 September.

Strategi pertama, sambung Suroso, melakukan pembatalan 13.300 megawatt (MW) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru yang direncanakan dalam rencana usha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) sebelumnya yakni untuk periode 2019 hingga 2028.

Menurut Suroso, langkah tersebut akan memangkas emisi sebanyak 1,8 miliar ton CO2. Kemudian, strategi kedua adalah membatalkan power purchase agreements (PPA) atau perjanjian jual beli listrik untuk 1.400 MW.

“Sudah power purchase agreement perjanjian jaul beli tenaga listrik denagn PLN tapi belum dibangun, langsung kita rem, teman-teman setop dulu. Sehingga pembatalan PPA 1.400 MW PLTU itu ada di dalam RUPTL 2021 hingga 2030 dan itu merupakan sinyal kuat bahwa kita memang komit untuk mengurangi emisi,” jelasnya.

Strategi ketiga, sambung Suroso, mengganti PLTU 1.100 MW yang sudah beroperasi dengan pembangkit energi baru terbarukan (EBT). Sedangkan, strategi keempat adalah mengganti PLTU 800 MW yang sudah operasi dengan pembangkit gas.

Kemudian, lanjut, Suroso, strategi kelima yang disiapkan PLN adalah mendorong pemanfaatan biomassa untuk campuran batu bara sebagai bahan bakar PLTU atau co-firing.

“Itu kita melakukan co-firing pada 46 PLTU dan nanti ini akan menjadi 52 PLTU 2025,” katanya.

Strategi keenam, sambung dia, mendorong dieselisasi dengan mengganti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan energi baru terbarukan.

“Kita pertama ada lebih dari 90 lokasi terpencil yang dieselnya dimatikan diganti dengan pembangkit EBT,” ujarnya.

Ketujuh, lanjut dia, PLN mendorong pelaksanaan perdagangan karbon atau carbon trading. Sedangkan strategi terakhir yakni PLN akan mengembangkan pembangkit EBT secara besar-besaran.

“Yang terakhir ini gongnya. Kita mengembangkan secara besar-besaran pemabngkit EBT minimal 21 gigawatt dalam RUPTL yang paling hijau,” ucapnya.