Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan akuntansi, Pricewaterhouse Coopers atau PwC akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.800 karyawannya. Keputusan diambil di tengah melemahnya permintaan untuk beberapa layanan perusahaan tersebut.

Melansir The Well Street Journal, Jumat, 13 September, langkah tersebut menjadi PHK formal pertama yang dilakukan PwC sejak 2009. Perusahaan akutansi yang kerap disebut The Big Four tersebut sedang menjalankan proses pemotongan karyawan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa tempat lain.

Pemutusan hubungan kerja tersebut akan berdampak pada divisi advisory, produk dan teknologi. Menurut sumber The Well Street Journal, setengah dari pemutusan ini dilakukan untuk karyawan di luar negeri.

Masih mengutip sumber yang sama, PHK mencakup karyawan dari berbagai tingkatan. Mulai dari asoisasi hingga direktur pelaksana dan termasuk layanan bisnis, audit, dan pajak.

PwC berencana untuk memberi karyawan yang terkena dampak pada bulan Oktober mendatang. Pemutusan hubungan kerja ini mencakup sekitar 2,5 persen dari tenaga kerja di unit AS.

Pada hari Rabu lalu, PwC telah mengumumkan rencananya untuk PHK dan restrukturisasi dalam sebuah memo internal kepada karyawan di AS yang diperoleh oleh The Wall Street Journal.

Dalam memo tersebut, pemimpin PwC AS, Paul Griggs mengatakan PHK ini memang sulit. Tetapi, langlah ini diperlukan untuk mempersiapkan perusahaan menghadapi tantangan di masa depan.

“Akan ada elemen aksi sumber daya yang akan berdampak pada proporsi yang relatif kecil dari orang-orang kita, sesuatu yang tidak pernah mudah,” kata pemimpin PwC AS, Paul Griggs dikutip dari Well Street Journal, Jumat, 13 September.

“Pada utamanya, kami memposisikan perusahaan kami untuk masa depan, menciptakan kapasitas untuk berinvestasi, dan mengantisipasi dan bereaksi terhadap peluang pasar hari ini dan besok,” tambah Griggs.

Griggs juga mengatakan pengumuman ini dilakukan pada 11 September, hari yang sangat bermakna bagi PwC karena perusahaan kehilangan lima rekan kerja dalam tragedi serangan teroris pada 2001.

Sekadar indormasi, PwC melakukan PHK resmi terakhir di unit AS pada tahun 2009. Di tahun 2017, perusahaan tidak memberhentikan secara langsung. Namun memberikan penawaran karyawan untuk mengambil peran baru sebagai bagian dari restrukturisasi dan jika karyawan menolak, maka mereka meninggalkan perusahaan.

Selama dua tahun terakhir, PwC menjadi pengecualian di antara firma akuntasi di dunia karena tidak pemutusan huhungan kerja di AS dan tidak merencanakan untuk melakukannya. Padahal, di periode tersebut, firma-firma akuntasi besar lainnya seperti EY, KPMG dan Deloitte secara kolektif memberhentikan ribuan pekerja di AS.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, Griggs bilang, PwC berencana untuk mengintegrasikan produk dan tim teknologinya ke dalam lini bisnis individu, serta merampingkan proses dalam layanan bisnis.

Langkah tersebut terjadi setelah Griggs memulai sebagai pemimpin AS pada bulan Mei. Dia menggantikan Tim Ryan dalam peran tersebut, dan meluncurkan perombakan struktural yang mulai berlaku pada bulan Juli. Dia menggeser unit AS yang memiliki sekitar 75.000 orang karyawan dari dua lini bisnis menjadi tiga.

Di bulan Juli lalu, pajak kembali menjadi bisnis AS yang terpisah. Sebelumnya pada tahun 2021 divisi pelaporan pajak dan akuntansi digabung ke dalam satu unit yang disebut solusi kepercayaan (trust solution). Sedangkan sisa pendapatan lainnya berasal dari solusi konsultasi, termasuk konsultasi pajak.

Tim Grady, chief operating officer PwC AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada The Wall Street Journal mengatakan untuk tetap kompetitif dan memposisikan bisnis untuk masa depan, PwC terus mengubah area perusahaan dan menyelaraskan tenaga kerja untuk mendukung strategi dengan lebih baik. Termasuk menarik dan memindahkan bakat dan keahlian yang tepat ke area yang paling dibutuhkan.

Joe Atkinson sebelumnya menjabat sebagai chief products and technology officer PwC. Namun pada Juli lalu, diangkat menjadi global chief AI officer setelah tujuh tahun memimpin divisi teknologi.

Pada sebuah podcast tahun 2021, Atkinson mengatakan pentingnya memberi karyawan alat yang tepat untuk melaksanakan tanggung jawab mereka, bukan hanya memperbarui pengetahuan mereka pada tren industri.

Karena itu, kata dia, PwC lebih sering memilih untuk membangun produknya sendiri daripada membelinya dari vendor pihak ketiga. Produk dan teknologi PwC ditujukan untuk mengatasi berbagai tantangan perusahaan, termasuk mengelola risiko seputar rantai pasok, privasi data, dan regulasi.

Salah satu produk unggulan PwC, adalah ProEdge. Sebuah platform digital yang menawarkan lebih dari 150 pengalaman belajar interaktif untuk membantu melatih karyawan dalam keterampilan baru. PwC juga akan terus mengevaluasi apakah akan berhenti membangun produk tertentu, di antara keputusan investasi lainnya.