Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri memandang asumsi pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2 persen terlalu optimistis.

Asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada tahun 2025 menghadapi tantangan besar, mengingat kondisi ekonomi global yang masih belum stabil.

Bahkan, beberapa negara besar di dunia menunjukkan tanda-tanda potensi resesi, yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi global dan domestik.

“Di dalam negeri sendiri ada pelemahan-pelemahan yang sudah kita lihat, seperti (penurunan) daya beli, investasi yang juga tidak terlalu meningkat cukup pesat atau mungkin juga aktivitas ekonomi yang belum bisa menyerap ataupun menyediakan lapangan pekerjaan,” ujarnya mengutip Antara.

Ia menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru dapat menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah proyeksi tersebut dapat tercapai atau tidak.

Memasuki pertengahan tahun 2024, kondisi perekonomian global masih tetap diselimuti dengan beragam tantangan yang memicu perlambatan ekonomi sejumlah negara.

Beberapa lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di pengujung 2024 berada pada kisaran 2,6 persen—3,2 persen secara tahunan (yoy), dan 2,7 persen—3,3 persen (yoy) pada 2025.

Meski demikian, perekonomian Indonesia masih menunjukkan resiliensi dengan catatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2024 sebesar 5,05 persen (yoy).

Tingkat pertumbuhan tersebut juga didukung dengan inflasi pada angka 2,13 persen pada Juli 2024. Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti China (4,7 persen), Singapura (2.9 persen), Korea Selatan (2,3 persen), dan Meksiko (2,24 persen).

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dan inflasi terjaga pada kisaran 2,5 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Presiden Joko Widodo, saat menyampaikan pidato RAPBN 2025 pada Sidang Paripurna DPR RI di Jakarta, Jumat, mengatakan dengan kondisi ekonomi global yang masih relatif stagnan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. Daya beli masyarakat akan dijaga ketat, dengan pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi.

Presiden menambahkan pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan produk-produk yang bernilai tambah tinggi yang berorientasi ekspor, yang didukung oleh insentif fiskal yang kompetitif dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.

Bauran antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan dijaga untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.