JAKARTA - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyampaikan bahwa transisi energi yang sedang dijalankan oleh Indonesia harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap.
"Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap," ujar Jokowi pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus.
Jokowi berharap, transisi energi yang ingin diwujudkan adalah transisi energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat.
Jokowi menambahkan bahwa Indonesia tak mau kehilangan momentum untuk membentuk ekonomi hijau di Tanah Air. Lantaran saat ini mata dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau.
“Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi,” tutur
Sebelumnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengatakan Indonesia telah berkomitmen untuk menekan emisi gas rumah kaca dengan mengurangi porsi penggunaan energi fosil dan mulai beralih pada energi baru dan terbarukan.
BACA JUGA:
"Transisi energi ini merupakan pekerjaan besar, yang membutuhkan investasi sangat besar, dan tidak akan tuntas hanya dalam tiga sampai lima tahun,"ujarnya pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus.
Oleh sebab itu, Bamsoet menyampaikan strategi hilirisasi industri sudah memberikan hasil positif berupa nilai investasi pada industri pengolahan mineral yang meningkat pesat.
Selain itu, Bamsoet menyampaikan nilai ekspor nikel juga tumbuh sangat tinggi, yang membuat Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar nomor satu di dunia.