Bagikan:

JAKARTA - Operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), berhasil menghasilkan minyak perdana dari pemboran sumur infil clastic di tahun 2024 sebesar 13.300 BOPD.

"Selamat! Sumur pertama ini sudah bisa menghasilkan 13.300 barrel. Kita harapkan nanti sumur-sumur lainnya juga bisa memberikan kontribusi signifikan sekaligus memberikan impact besar untuk bisa mendorong para pebisnis migas di Indonesia bahwa masih ada potensi meningkatkan produksi migas kita karena saat ini di sektor minyak ini Indonesia ini defisit," ujar Arifin yang dikutip Sabtu, 10 Agustus.

Pemerintah bersama SKK Migas terus berupaya untuk meningkatkan produksi sesuai target 1 juta BOPD agar defisit minyak bumi dapat dikurangi. Untuk itu, Menteri ESDM meminta upaya untuk peningkatan tidak hanya dari lapangan existing, tetapi juga adanya kegiatan seismik baru dan eksplorasi baru yang bisa mempercepat pendeteksian sumur-sumur baru.

Dikatakan Arifin, Indonesia masih memiliki banyak potensi minyak. Seperti di Blok Cepu yang hari ini sudah menghasilkan 630 juta barel dan berpotensi menghasilkan 1 miliar baru.

"Harus segera dilakukan percepatan eksplorasi agar segera ada kepastian. Pemerintah memberikan dukungan bagi Exxon untuk melakukan kegiatan seismik dan eksplorasi baru di wilayah lain," tegas Arifin.

Terkait pencapaian target di gas, Arifin optimis bisa dicapai dengan adanya temuan-temuan besar di sektor gas yang saat ini didorong dapat segera diproduksikan. Terlebih produksi minyak menjadi tantangan di industri hulu migas.

"Kami terbuka untuk menerima masukan-masukan positif bagaimana cara meningkatkan produksi minyak," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa SKK Migas memberikan perhatian yang besar terhadap upaya menjaga produksi Lapangan Minyak Banyu Urip agar tetap optimal, mengingat Banyu Urip adalah kontributor nomor dua terbesar dengan kontribusinya yang mencapai sekitar 25 persen dari produksi nasional.

Dwi menambahkan bahwa produksi Lapangan Banyu Urip telah melampaui yang ditargetkan dalam plan of development (POD).

"Berkat berbagai upaya dan terobosan yang dilakukan oleh SKK Migas dan EMCL dalam menjaga kinerja lapangan, yaitu meningkatkan produksi dengan tetap memperhatikan kemampuan dan daya dukung reservoir yang ada," katanya.

Setelah keberhasilan pemboran sumur pertama, diharapkan pada kuartal 4 tahun 2024 diharapkan akan onstream pemboran sumur kedua dan memberikan tambahan produksi hingga 9.300 BOPD.

Investasi untuk ketujuh pemboran sumur mencapai USD203,5 juta atau setara Rp3,25 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS) dan diperkirakan memberikan penambahan penerimaan negara sebesar 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp32 triliun diharapkan dapat memberikan tambahan minyak sebesar 42.92 MMSTB.

"Upaya-upaya tersebut dapat menjembatani potensi Indonesia dalam mencapai target 1 MMBOPD dan 12 BSCFD pada dekade ini. Potensi-potensi ini terus kita gali, tentunya demi meraih cita-cita jangka panjang untuk kemandirian energi," tegas Dwi.

Kegiatan pengeboran BUIC menggunakan anjungan dan peralatan yang keseluruhannya dibuat di Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero). Pengeboran ini menunjukkan tingkat kompetensi PDSI di bidang pengeboran minyak dan gas bumi, serta dukungan industri hulu migas untuk tumbuh berkembangnya perusahaan nasional serta komitmen SKK Migas dan KKKS dalam mengimplementasikan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di industri hulu migas.

Pengeboran BUIC ini juga melibatkan kontraktor lokal dan menyerap tenaga kerja setempat. Keterlibatan tersebut telah menambah nilai ekonomi di bagi masyarakat sekitar wilayah operasi.