JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 5 Agustus 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jumat, 2 Agustus 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,23 persen di level Rp16.200 per dolar AS.
Sementara kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,05 persen ke level harga Rp16.234 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Indeks manajer pembelian AS yang lemah dan data pasar tenaga kerja meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi terbesar di dunia, dan bahwa pemotongan suku bunga pada bulan September oleh Federal Reserve berpotensi terlambat bagi ekonomi untuk mencapai soft landing.
"Data yang lemah juga muncul setelah Federal Reserve menandai potensi penurunan suku bunga pada bulan September, yang membuat pasar hampir sepenuhnya memperkirakan 25 basis poin pada bulan tersebut," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Senin, 5 Agustus.
Ibrahim menyampaikan fokus sekarang tertuju pada data penggajian nonpertanian yang akan datang, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS dan Pasar tenaga kerja yang mendingin semakin mendorong prospek penurunan suku bunga oleh Fed.
BACA JUGA:
Selain itu, pasar juga berhati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah, di mana pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan yang berpihak pada Iran, Hamas dan Hizbullah, memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu bisa berada di ambang perang habis-habisan, yang mengancam akan mengganggu pasokan minyak mentah dan jalur transportasi di selat hormutz.
Dari sisi dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kondisi deflasi atau menurunnya harga barang-barang yang terjadi dalam 3 bulan berturut-turut tidak dapat disimpulkan sebagai penurunan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.
Deflasi pada Juli 2024 terjadi karena penurunan harga komoditas pangan, mulai dari bawang merah hingga daging ayam ras, akibat pasokan yang cukup di pasar.
Menurut hukum penawaran dan permintaan, ketika suplai melimpah dan permintaan tetap, harga akan turun.
Pada Juli 2024, terjadi deflasi bulanan sebesar -0,18 persen. Ini melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya, yaitu -0,08 persen pada Juni 2024 dan -0,03 persen pada Mei 2024. Komoditas utama penyumbang deflasi antara lain bawang merah (-0,11 persen), cabai merah (-0,09 persen), tomat (-0,07 persen), dan daging ayam ras (-0,04 persen).
Di saat yang sama, inflasi terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,69 persen dengan andil 0,04 persen terhadap inflasi umum.
Amalia memperkirakan kelompok pendidikan akan terus menyumbang inflasi dalam dua bulan ke depan karena masih dalam masa Tahun Ajaran Baru.
Menurut komponennya, inflasi inti pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,18 persen (month-to-month) dengan andil 0,12 persen.
Komponen diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan andil 0,02 persen. Sementara komponen bergejolak atau volatile food (VF) mengalami deflasi sebesar 1,92 persen dengan andil deflasi 0,32 persen.
Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Senin, 5 Agustus 2024 dalam rentang harga Rp16.160-Rp16.230 per dolar AS.