Bagikan:

JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto membeberkan sejumlah kontribusi sektor hulu migas kepada negara.

Selama 22 tahun terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak, dengan total kontribusi sebesar Rp5.045 triliun.

Dwi menyebut, SKK Migas dan KKKS terus terus mencari dan mengembangkan cadangan migas baru berhasil mempertahankan reserves replacement ratio (RRR) di atas 100 persen selama enam tahun berturut-turut.

"Ini adalah pengabdian hulu migas untuk memastikan bahwa industri ini akan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang dan mendukung kecukupan energi dimasa depan," ujarnya dalam sambutannya, Selasa, 16 Juli.

Dikatakan Dwi, industri hulu migas juga terus meningkatkan kontribusinya dalam mendukung industri dalam negeri.

Dia menyampaikan, industri hulu migas terus memberikan prioritas gas untuk kebutuhan domestik.

Sejak tahun 2012, pasokan gas untuk kebutuhan domestik terus meningkat dan saat ini sekitar 70 persen pasokan gas untuk domestik, baru setelah itu kelebihannya di ekspor.

“Pemenuhan kebutuhan gas untuk domestik itu paling utama, jika ada sisa lalu diekspor. Karena itu, kami juga mendorong industri pengguna gas untuk terus meningkatkan kapasitanya," ujarnya.

Dwi menyampaikan bahwa peningkatan produksi gas, belum diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur gas.

Akibatnya, di Jawa Timur terjadi kelebihan gas mencapai 150 MMSCFD yang tidak bisa diproduksi karena tidak ada yang menyerap, hal sama juga terjadi di Natuna.

Dia menambahkan, saat ini pemerintah telah memberikan perhatian untuk pembangunan infrstruktur gas seperti proyek pipa gas Dumai-Sei Mangkei dan penyelesaian proyek pipa Cisem II.

“Jika Sumatera, Jawa hingga Bali sudah terhubung infrastruktur gas, maka potensi gas yang ada dapat lebih dioptimalkan, dan kebutuhan industri pengguna gas dapat dipenuhi," kata Dwi.

Dwi membeberkan, SKK Migas telah menyelesaikan proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru, dan Tangguh Train 3.

Selain itu, kegiatan usaha hulu migas, seperti pengeboran dan eksekusi proyek, turut menciptakan multiplier effect bagi industri lain melalui penerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), yang mencapai Rp76,5 triliun pada tahun 2023 dan penyediaan lapangan kerja untuk 150.000 pekerja.

"Barang Milik Negara (BMN) yang dikelola oleh sektor hulu migas kini bernilai 67,7 miliar dolar AS atau, jika dikonversi dengan kurs saat perolehan aset, setara dengan Rp621 Triliun," pungkas Dwi.