Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyebut produk kayu hingga furnitur berpeluang memberikan nilai ekspor tinggi di Jawa Tengah pada tahun ini.

“Beberapa produk memiliki nilai peluang ekspor signifikan di 2024 antara lain produk kayu diperkirakan mencapai nilai 2,20 miliar dolar AS, furnitur 2,30 miliar dolar AS, dan minyak Atsiri untuk produk kecantikan yang diperkirakan mencapai nilai 1,40 miliar dolar AS,” kata Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist LPEI Rini Satriani di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis 11 Juli.

Dengan kinerja sejumlah produk unggulan tersebut, LPEI optimistis kinerja ekspor Jawa Tengah akan tetap stabil hingga tahun depan.

Secara umum, distribusi ekspor Jawa Tengah didominasi oleh beberapa komoditas utama, seperti pakaian dan aksesoris bukan rajutan (20,18 persen), pakaian dan aksesoris rajutan (12,24 persen), alas kaki (11,01 persen), kayu dan barang dari kayu (9,98 persen), serta perabotan, lampu, dan alat penerangan (7,20 persen).

Diversifikasi tersebut memperlihatkan kemampuan Jawa Tengah dalam memproduksi berbagai jenis produk yang diminati di pasar internasional.

Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Jawa Tengah dengan kontribusi 30,43 persen, disusul oleh Tiongkok (7,66 persen), Jepang (6,51 persen), Singapura (6,49 persen), dan Belanda (5,6 persen).

Selain itu, jumlah pembeli yang bekerja sama dengan eksportir Jawa Tengah terus meningkat, dengan 22,25 persen di antaranya merupakan pembeli yang loyal.

Untuk mendukung potensi tersebut, LPEI memberikan berbagai fasilitas kepada para eksportir, seperti business matching.

Dengan begitu diharapkan para pelaku usaha dapat memperluas akses ke pembeli internasional, baik secara konvensional maupun digital.

Di samping itu, LPEI juga menyediakan Program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) sesuai dengan profil/karakteristik ekspor yang ada, antara lain PKE UKM (dirancang untuk UKM berorientasi ekspor), PKE Kawasan (untuk pasar tujuan negara non-tradisional), dan PKE Trade Finance (dengan skema transaksi trade).

Hingga Juni 2024, LPEI tercatat telah melakukan disbursement fasilitas PKE Kawasan sebesar Rp4,24 triliun dengan ekspor lebih dari 40 negara,

PKE Trade Finance sebesar Rp8.187 miliar dengan ekspor lebih dari 55 negara, dan PKE UKM hingga Rp1,05 triliun untuk pangsa ekspor ke lebih dari 65 negara.

Salah satu pelaku usaha yang telah memanfaatkan pembiayaan PKE LPEI adalah Margono Paper, produsen fancy paper (kertas motif berwarna) dengan 90 persen produknya diekspor ke 50 negara di lima benua.

Pembiayaan PKE Kawasan dari LPEI membantu usaha Margono Paper dalam mengembangkan bisnis dengan menambah negara tujuan ekspor ke negara-negara non tradisional.

“Pandemi COVID-19 membuat pabrik fancy paper di Eropa dan China tutup. Hal ini membuka peluang bagi Margono Paper untuk ekspansi ekspor ke negara baru dan ekspor berkelanjutan,” ujar Direktur Ekspor PT Margono Paper Ferianti Chandranta.

Ferianti menambahkan bunga kompetitif yang ditawarkan LPEI turut membantu perusahaan melancarkan arus kas dan menambah modal untuk membeli bahan baku, yang pada akhirnya mendorong inovasi perusahaan dengan menambah variasi produk lain.