Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, Indonesia memiliki dua peluang dalam pengembangan ekonomi hijau.

"Ekonomi kita bertransformasi menjadi ekonomi hijau berkelanjutan, menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sejalan dengan target SDGs, Paris Agreement, dan seusai dengan Visi Indonesia Emas 2045 dan target NZE 2060," kata Airlangga dilansir ANTARA, Rabu, 3 Juli.

Peluang pertama, aktivitas ekonomi Indonesia di sektor energi saat ini tengah difokuskan untuk bertransisi menuju energi baru terbarukan (EBT).

Upaya transisi dilakukan melalui penerapan energi surya, angin, air atau hidro, serta biomassa.

Menurut Airlangga, kebijakan energi Indonesia saat ini memang diarahkan untuk pengurangan emisi karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui kombinasi amonia dan Carbon Capture Storage (CCS).

"Selanjutnya, ekosistem EV e-mobility perlu terus didorong dan ini tentu mengurangi gas rumah kaca (GRK) akibat pemaparan BBM," ujar Airlangga dilansir ANTARA, Rabu, 3 Juli.

Ia menilai, pengembangan Peta Jalan & Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045 serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045 turut akan membantu industri di Indonesia.

"Hari ini 152 perusahaan punya sertifikat hijau, dan tentunya ke depan kita berharap akan semakin bertambah," jelasnya.

Kemudian, peluang kedua Indonesia yakni lahirnya pertumbuhan ekonomi baru dari berbagai aktivitas ekonomi sirkuler termasuk industri berbasis sumber daya alam (SDA) hayati berkelanjutan hingga ekonomi biru.

Airlangga mengatakan, pengembangan 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga menjadi salah satu upaya pengembangan prinsip ekonomi sirkuler yang dapat mendatangkan investasi hijau.

Ia menambahkan, dampak dari inovasi ekonomi hijau juga dapat dirasakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang saat ini 22,5 juta yang terdigitalisasi.

"Diharapkan dapat mengembangkan bisnisnya dengan pendampingan dan pendanaan sehingga bisa masuk menjadi bisnis kelas menengah ataupun bahkan besar," tutupnya.

Adapun Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) telah meluncurkan Peta Jalan & Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045 serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045.

“Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, telah tersusun peta jalan dan rencana aksi ekonomi sirkuler, serta peta jalan penurunan susut dan sisa pangan yang diluncurkan pada hari ini,” ucap Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Indonesia berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan agar generasi mendatang memperoleh manfaat berkat upaya tersebut.

Karena itu, penurunan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) menuju Emisi Net Zero (Net Zero Emission) dilakukan melalui ekonomi hijau yang berlandaskan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim.

Sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan ekonomi hijau, ekonomi sirkular akan mendorong penerapan 9R (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, dan Recycle) yang mencakup intervensi di seluruh rantai nilai (value chain).