Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyebut, penerapan ekonomi hijau di Indonesia dalam jangka panjang akan menstabilkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen hingga 2045 mendatang.

"Tadi disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Bapak Suharso Monoarfa target pertumbuhan ekonomi ke depan yaitu 6-7 persen untuk menuju Indonesia Emas 2045. Kami tidak hanya boleh tergantung pada ground economy, tetapi kami harus mulai membangun ekonomi sirkular dan hijau," ujar Airlangga pada sambutannya secara daring dalam acara Green Economy Expo 2024: Advancing Technology, Innovation and Circularity di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Rabu, 3 Juli.

Airlangga menyebut, penerapan ekonomi hijau juga menyeimbangkan aspek ekonomi sosial dan lingkungan.

Hal ini sejalan dengan target SDG's Paris Agreement serta sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045 dan target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.

Selain itu, kata dia, manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan ekonomi hijau adalah pengurangan 86 metric ton carbon dioxide equivalent sampai dengan 2060 dan penciptaan lebih dari 4,4 juta lapangan kerja per tahun.

"Untuk itu, sangat tepat bahwa ekonomi hijau ini penting (diterapkan di Indonesia) agar kami bisa setara dengan negara-negara maju dan lepas dari middle income trap," katanya.

Dengan demikian, Airlangga mengatakan, Indonesia memiliki dua peluang dalam pengembangan ekonomi hijau.

Peluang pertama, aktivitas ekonomi Indonesia di sektor energi saat ini tengah difokuskan untuk bertransisi menuju energi baru terbarukan (EBT).

Sehingga upaya transisi dilakukan melalui penerapan energi surya, angin, air atau hidro serta biomassa.

Menurut Airlangga, kebijakan energi Indonesia saat ini memang diarahkan untuk pengurangan emisi karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui kombinasi amonia dan Carbon Capture Storage (CCS).

"Selanjutnya, ekosistem EV e-mobility perlu terus didorong dan ini tentu mengurangi gas rumah kaca (GRK) akibat pembakaran BBM," ucapnya.

Kemudian, peluang kedua Indonesia yakni lahirnya pertumbuhan ekonomi baru dari berbagai aktivitas ekonomi sirkuler, termasuk industri berbasis sumber daya alam (SDA) hayati berkelanjutan hingga ekonomi biru.

Dia menuturkan, pengembangan 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga menjadi salah satu upaya pengembangan prinsip ekonomi sirkular yang dapat mendatangkan investasi hijau.

Airlangga mengatakan, dampak dari inovasi ekonomi hijau juga dapat dirasakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang saat ini 22,5 juta sudah terdigitalisasi.

"Diharapkan dapat terus mengembangkan bisnisnya dengan pendampingan dan pendanaan, sehingga bisa masuk menjadi bisnis kelas menengah ataupun bahkan besar," imbuhnya.