Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 11 Juni 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Senin, 10 Juni 2024, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,54 persen ke level Rp16.283 per dolar AS.

Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,44 persen ke level harga Rp16.290 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan indeks dolar menguat pada Senin, 10 Juni kemarin, melanjutkan kenaikan kuat dari hari Jumat lalu setelah laporan nonfarm payrolls yang kuat menunjukkan para pedagang secara tajam mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September.

"Pasar fokus pada pertemuan Fed mendatang, dengan keputusan suku bunga akan dirilis pada hari Rabu. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Selasa, 11 Juni.

Ibrahim menyampaikan isyarat apa pun mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama setelah tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini.

Sejumlah pejabat Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.

Data nonfarm payrolls yang kuat pada hari Jumat memperkuat gagasan ini.

Sebelum keputusan The Fed pada hari Rabu, data inflasi indeks harga konsumen utama juga tersedia pada minggu ini, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen pada bulan Mei.

Dari sisi internal, utang jatuh tempo pemerintah pada tahun 2025 akan mencapai Rp800,33 triliun.

Meski utang pemerintah jatuh tempo yang cukup besar kerap menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, namun utang tersebut tetap dalam koridor aman dengan beberapa catatan.

Misalnya, asalkan negara tetap kredibel, persepsi terhadap APBN baik, serta kebijakan fiskal ekonomi hingga politik tetap stabil.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp800,33 triliun. Jumlah ini terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp94,83 triliun.

Jatuh tempo utang pemerintah yang besar adalah akibat dari pandemi COVID-19.

Ketika itu, Indonesia butuh hampir Rp1.000 triliun belanja tambahan.

Sementara penerimaan negara turun 19 persen karena ekonominya berhenti.

Sedangkan, penarikan utang tersebut, melalui skema burden sharing bersama Bank Indonesia (BI), agar neraca BI tetap baik, fiskalnya tetap kredible, politk jua acceptable dengan menggunakan surat utang negara yang maturitasnya maksimum tujuh tahun.

Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 11 Juni 2024 dalam rentang harga Rp16.270 - Rp16.330 per dolar AS.