JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, ada potensi kekurangan produksi beras dalam negeri tahun ini. Bahkan, kekurangannya diprediksi mencapai 5 juta ton.
“Ini potensi kekurangan, kurang lebih 5 juta, potensi kekurangan (produksi tahun ini),” katanya ditemui di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senin, 10 Juni.
Saat ditanya apakah ada penambahan impor beras tahun ini untuk menutup kekurangan tersebut, Arief mengaku belum dapat memastikannya.
Meski begitu, lanjutnya, dari kuota 3 juta ton kuota impor yang diberikan kepada Perum Bulog, yang teralisasi baru 2 juta ton. Artinya masih ada 1,6 juta ton.
“Sekarang aja dari 3,6 juta ton, kita maish pelan-pelan baru 2 juta juga, nanti kalau diperlukan (impor) kita lakukan,” jelasnya.
Namun, kata Arief, pihaknya saat ini sedang mendorong produksi beras dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri.
Pasalnya, anggaran yang diperlukan untuk impor sangat besar.
“Kita usahakan dari dalam negeri. Kita lagi minta dorong produksi dalam negeri. Sayang 3 juta ton impor itu Rp30 triliun,” tuturnya.
Apalagi, sambung Arief, untuk mengimpor juga cukup sulit karena prosedur yang dijalankan rumit.
BACA JUGA:
Mulai dari pencarian barang, harga yang tidak menentu karena mengikuti kurs dolar AS hingga bongkar muat yang memakan waktu.
“Ambil dari luar itu kan juga effort, kita enggak mudah cari barang. Currency sudah Rp16.200, hari ini Rp16.300, sayang. Itu mendingan di Indonesia, apapun caranya ya termasuk ketersediaan air, pupuk, benih, penambahan luas lahan yang itu kewenaganya di Kementan,” jelasnya.