JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada 2025 sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen. Hal tersebut disampaikan sebagai jawaban dari tanggapan sembilan fraksi di DPR atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025.
"Hal ini merupakan range pertumbuhan yang cukup ambisius, namun tetap realistis," tegas Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR ke-19 Masa Persidangan V 2023-2024, Selasa, 4 Juni.
Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi 2025 dipengaruhi faktor global dan domestik. Adapun dari sisi Permintaan Agregat, dengan upaya Pemerintah menjaga dan meningkatkan daya beli serta kesejahteraan masyarakat, Konsumsi Rumah Tangga dalam 10 tahun terakhir berkontribusi bagi perekonomian sebesar 55 persen, secara rata-rata.
"Untuk tahun 2025, Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,0 persen-5,2 persen, didukung membaiknya daya beli dan terkendalinya inflasi," jelasnya.
Sementara itu, Sri Mulyani menyampaikan investasi yang menyumbang sekitar 32 persen dari total perekonomian nasional, terus ditingkatkan kontribusinya sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
"Mempertimbangkan pergerakan suku bunga global, ketegangan geopolitik, serta potensi berbagai disrupsi, aktivitas Investasi di tahun 2025 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2 persen–5,9 persen," tuturnya.
Baca juga:
Dari sisi eksternal, Sri Mulyani menyampaikan kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di dalam satu dekade terakhir rata-rata adalah 21 persen per tahun. Sementara kontribusi impor adalah 20 persen per tahun sehingga net ekspor berkontribusi 1 persen pada perekonomian nasional.
"Ke depan, ekspor akan dipengaruhi aktivitas ekonomi global yang belum menunjukkan perbaikan signifikan. Outlook pertumbuhan global di tahun 2024 dan 2025, berdasarkan rilis IMF bulan April lalu, stagnan di level 3,2 persen. Mempertimbangkan kinerja historis dan kondisi global, ekspor diperkirakan tumbuh antara 5,0 persen–5,7 persen, sementara impor 4,3 persen–4,9 persen," tuturnya.
Sri Mulyani menyampaikan peran pemerintah terhadap PDB secara langsung melalui APBN dalam bentuk Konsumsi Pemerintah (G) juga tetap penting. Dengan defisit APBN antara 2,45 persen–2,82 persen, Konsumsi Pemerintah diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7 persen–5,2 persen.